Probolinggo Zona Merah, Satgas Covid-19 Tekan Warga physical distancing

Setelah ditetapkan sebagai zona merah, Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Probolinggo menekankan, bagaimana physical distancing di masyarakat benar-benar dilakukan dengan baik.


Demikian disampaikan oleh Juru Bicara Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Probolinggo dr. Anang Budi Yoelijanto. Menurutnya, sumber penularannya bisa masih tetap dari luar dan bisa juga dari klaster dari Sukolilo. Tapi dari manapun klasternya tidak akan menjadi ancaman kalau masyarakat itu betul-betul disiplin dan membatasi aktifitas di luar.

“Jika memang terpaksa beraktifitas di luar maka harus betul-betul menjaga diri dengan memakai masker dan sering cuci tangan. Idealnya harus pakai sarung tangan, tetapi kalau tidak ya sering cuci tangan. Makanya di setiap toko dan pasar harus disiapkan tempat untuk cuci tangan,” katanya, seperti dikutip Kantor Berita RMOJatim, Minggu (12/04).

Menurut Anang, dengan sering cuci tangan dan tidak gampang menyentuh area muka maka akan mampu memutus mata rantai penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). Sebab daerah muka merupakan sumber titik masuknya virus. Oleh karena itu jangan suka memegang mata, hidung dan mulut. Apalagi tangannya dalam kondisi yang kotor.

“Kalau semua ini dilakukan, Insya Allah tidak akan mampu menularkan kepada orang lain atau tertular dari orang lain. Itu upaya dari Ibu Bupati yang lebih mengarah kepada physical distancing di tingkat desa bisa terlaksana dengan baik. Kuncinya memang di masyarakat sendiri, karena di level masyarakat itu menentukan keberhasilan,” jelasnya.

Terkait dengan masuknya Kabupaten dan Kota Probolinggo ke daerah zona merah, Anang menjelaskan apabila ada masyarakat yang rumahnya di Kota Probolinggo dan bekerjanya di Kabupaten Probolinggo maka tidak bisa diterapkan karantina. Kecuali kalau mereka betul-betul dari luar. Sebab masyarakat Kabupaten Probolinggo sudah tahu apa yang harus mereka lakukan.

“Kalau yang dari jauh-jauh kita khan blank, kadang-kadang mereka belum tahu betul disana bagaimana. Oleh karena itu kita memastikan dengan dilakukan karantina. Kalau yang disini harapannya mereka tahu apa yang sudah dilakukan. Karena di kotapun juga begitu membuat aturan jam malam dan pembatasan sehingga mereka dianggap dalam satu sistem yang sama dalam penanganan COVID-19,” terangnya.

Anang menegaskan sejauh ini telah melakukan tracking terbaru setelah 3 (tiga) orang petugas pelatihan haji di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya positif COVID-19. Pihaknya sudah mendeteksi lagi aktifitas orang-orang tersebut lebih dalam. Ternyata ada beberapa aktifitas dan beberapa kali sudah melakukan aktifitas yang menjadi tambahan catatan sehingga anggota tracking bisa menemukan orang-orang yang pernah kontak.

“Tapi semuanya sudah di rapid test dan sejauh ini hasilnya negatif. Bagi yang ditracking ini tidak dikarantina, hanya yang kontak-kontak dekat saja dari awal sudah ditarik untuk dikarantina,” pungkasnya.