Banyuwangi Bikin 8 Skema Jaring Pengaman, Dari Sembako Sampai Insentif Santri

Pemkab Banyuwangi menyiapkan 8 jaring pengaman sosial untuk warga menghadapi wabah virus Corona (Covid-19).


Jaring pengaman ini menyasar mulai warga miskin, pekerja informal, penyandang disabilitas, ibu hamil-menyusui, penyandang disabilitas, pekerja seni-budaya, keluarga ODP dan PDP kurang mampu, hingga santri dan mahasiswa.

”Delapan skema itu di luar Program Keluarga Harapan dan Kartu Sembako yang selama ini menjangkau 117.265 kepala keluarga di Banyuwangi. Juga di luar Kartu Prakerja dan pengalihan Dana Desa serta Alokasi Dana Desa (ADD) untuk Covid-19,” ujar Bupati Abdullah Azwar Anas, Selasa (14/4).

Dari delapan skema, yang pertama adalah paket sembako kepada keluarga miskin selama tiga bulan.

”Kita rencanakan tiga bulan. Bahwa tanggap darurat sampai Mei, itu nanti penyesuaian administrasi. Tapi prinsipnya tiga bulan, bisa diperpanjang melihat perkembangan,” ujar Anas.

Kedua, paket nutrisi ibu hamil dan menyusui selama. ”Jaring pengaman selama ini fokus sembako, padahal nutrisi ibu hamil dan menyusui tak kalah penting. Ini terkait kualitas generasi ke depan. Pendapatan keluarga boleh berkurang, tapi nutrisi ibu hamil-menyusui harus tetap terjamin,” ujar Anas.

Ketiga, paket sembako bagi penyandang disabilitas. Keempat, paket sembako bagi pekerja seni budaya.

“Penyandang disabilitas dan pekerja seni terdampak physical distancing serta pembatalan semua atraksi wisata seni-budaya,” papar Anas.

Kelima, makan gratis untuk pekerja informal yang harus bekerja di luar rumah, seperti pengemudi becak, sopir angkot, dan ojek. Per bulannya menyasar 5.000 pekerja.

“Program ini untuk membantu menghemat pengeluaran pekerja yang masih harus berada di luar rumah. Akan melibatkan warung rakyat,” ujarnya.

Keenam, kebutuhan dasar keluarga Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) tidak mampu, agar mereka isolasi secara optimal tanpa memikirkan kebutuhan pokok.

Ketujuh, insentif santri Banyuwangi tidak mampu, baik yang mondok di dalam maupun luar Banyuwangi. Insentif diberikan pasca-pandemi ketika kegiatan pesantren mulai normal.

”Sekarang hampir semua pesantren memulangkan santrinya. Insentif santri diberikan untuk meringankan beban wali santri, bisa digunakan untuk biaya perjalanan kembali mondok, sangu bagi santri,” jelasnya.

Kedelapan, penambahan beasiswa mahasiswa. “Jumlah penerima beasiswa Banyuwangi Cerdas ditambah untuk meringankan beban orang tua,” imbuhnya.

Anas mengatakan, kini pendataan jaring pengaman sedang dikebut. “Datanya butuh proses agar tidak tumpang tindih. Kami finalisasi, juga konsultasi DPRD, targetnya akhir April klir dan jalan,” bebernya.

”Dalam jangka pendek menunggu pendataan final, paket sembako telah dan terus disalurkan melalui gotong royong ASN. Juga terima kasih lembaga zakat, TNI, Polri, DPRD, komunitas, pelaku usaha yang langsung memberikan sembako ke masyarakat,” terangnya.

Dia menambahkan, dalam perjalanannya pasti ada warga yang kemudian belum terdata. Ada yang semula belum di-PHK, misalnya, tapi bulan depan di-PHK.

”Pasti data tak sempurna dalam situasi dinamis sekarang, karena itu sudah disiapkan skema lain seperti dari lembaga zakat, swasta, BUMN, gotong royong berbasis sekolah yang menjangkau warga terdampak di sekitarnya,” jelasnya.