Pandemik Ubah Tradisi Ramadhan, Tapi Tidak Cara Ibadah Kita

Pandemik virus corona baru (Covid-19) mungkin bisa mengubah kebiasaan umat Muslim selama Ramadhan, namun tidak dengan ibadah Ramadhan.


Hal ini dikatakan seorang ulama terkemuka Turki, Fethullah Gulen dalam pesan Ramadhannya yang dirilis oleh NBC, Minggu (26/4).

Ramadhan yang dimulai pada Kamis malam (23/4) adalah yang ditunggu-tunggu oleh 1,8 miliar umat muslim di seluruh dunia.

Mereka akan menghabiskan waktu puasa dari fajar hingga matahari terbenam dengan membaca Al Quran, refleksi diri, hingga berdoa.

Khusus untuk tahun ini, umat Muslim punya cara lain untuk beribadah, yaitu membantu dan mendukung orang-orang yang kesulitan di tengah pandemik. Mulai dari tetangga dan masyarakat yang tengah mengadapi penyakit, kesedihan, kesulitan ekonomi, bahkan kesepian karena isolasi.

Namun, dikatakan Gulen, kewajiban yang paling sulit untuk dijalankan oleh banyak orang saat ini adalah mengikuti aturan pembatasan gerak dari pemerintah. Dalam hal ini, ia meminta agar umat Muslim mengkuti aturan tersebut untuk menghormati hukum-hukum Allah.

"Sebagai contoh, Nabi Muhammad, yang kepercayaan dan imannya pada Tuhan tidak terlukiskan, bahkan menyarankan untuk mengkarantina sebuah kota jika terjadi penyakit menular," ujarnya.

Gulen mengatakan, umat Muslim dalam waktu-waktu sulit ini bisa memanfaatkan waktu dan keleluasaan sebagai kesempatan untuk mengintrospeksi diri, merefleksi bagaimana hubungan dengan Tuhan, keluarga, bahkan nilai-nilai yang terkandung dalam diri sendiri.

"Sekarang ini adalah kesempatan bagi manusia untuk sementara melepaskan diri dari kesibukan kehidupan sehari-hari dan mencurahkan waktu untuk memperkuat keyakinan, pengetahuan, dan ibadah," imbuhnya.

"Saya berharap para pemuka agama akan mengingatkan jemaahnya tentang hal ini," ujar Gulen.

Menjaga jarak sendiri bukan berarti menjauhkan diri dari komunitas. Alih-alih, manusia bisa mengandalkan internet dan teknologi, yang mana dahulu kala, utusan Allah dan mereka yang berjuang untuk pencerahan umat manusia selalu menggunakan alat dan praktik budaya yang ada untuk menyebarkan pesan.

Dalam kesempatan ini, umat Muslim bisa terhubung dengan komunitas dengan cara baru.

"Tantangan untuk menghadapi pandemik dan mengubah cara hidup mungkin mendorong sebagian dari kita menyalahkan dan mengkritik orang lain. (Namun) memasuki bulan Ramadhan, kita harus mengabdikan diri untuk membantu mereka yang membutuhkan, alih-alih mencari orang lain untuk disalahkan," tuturnya.

"Tidak ada siapa pun yang pantas mendapat musibah," tegas Gulen.

Selain itu, Gulen mengatakan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk berbagi data dan berkolaborasi untuk menemukan solusi. Saat ini adalah waktu untuk mewujudkan rasa saling ketergantungan sebagai bangsa, komunitas, dan penghuni ekosistem global.

"Ini adalah waktu untuk mengakui bahwa kita semua adalah anggota keluarga dan masing-masing memiliki kesempatan untuk menunjukkan potensi kemanusiaan sejati," ujarnya.

Memasuki bulan yang suci, Gulen mengatakan, kita harus melihat peristiwa dari segala sisi. Melihat harapan, bukan keputusasaan.

"Jika kita fokus pada peluang yang diberikan atas munculnya pandemik ini, kita akan dapat menjaga semangat tetap tinggi dan mencapai ujung terowongan ini jauh lebih cepat," ujarnya.

"Ibadah yang kita jalankan pada Ramadhan kali ini akan berbeda. Tetapi dalam banyak hal akan seperti tahun-tahun sebelumnya: Kita akan berpuasa, akan berdoa, kita akan membaca kitab suci dan kita akan mengambil waktu ini untuk merefleksikan diri dan amal ibadah di sepanjang bulan suci," sambungnya lagi.

"Semoga Allah memampukan kita untuk memperoleh manfaat sepenuhnya dari banyaknya karunia di bulan Ramadhan," tutupnya.