Insiden Ledakan Di Beirut, PBNU Dorong Indonesia Terus Berperan Aktif

Sekretaris Jenderal PBNU, Ahmad Helmy Faishal Zaini/Net
Sekretaris Jenderal PBNU, Ahmad Helmy Faishal Zaini/Net

Ledakan yang terjadi di Beirut tak hanya menjadi duka bagi warga Lebanon tapi juga seluruh dunia, termasuk Indonesia.


Pemerintah Indonesia pun diminta turut berperan dalam bencana di negara yang memiliki 18 agama tersebut.

“Dunia sedang berduka dengan apa yang sedang terjadi di Beirut. Mari bersama-sama kita ulurkan tangan kita untuk membantu saudara-saudara kita agar bangkit kembali pasca terjadinya ledakan ini,” Sekretaris Jenderal PBNU, Ahmad Helmy Faishal Zaini dilansir dari Kantor Berita RMOL, Rabu (5/8).

Tak hanya bantuan, ia juga berharap pemerintah Indonesia melakukan langkah diplomatis kepada Lebanon atas insiden tersebut. Terlebih banyaknya warga negara Indonesia berada di Lebanon yang perlu diberikan bantuan.

“Selain itu, kami mengapresiasi langkah cepat pemerintah yang melakukan upaya perlindungan bagi WNI Indonesia di Lebanon,” katanya.

Faishal juga meminta PBB turun tangan melakukan investigasi perihal ledakan dahsyat di port of Beirut tersebut.

“Mendorong komunitas Internasional, khususnya PBB untuk melakukan upaya investigatif dalam persoalan ini. Semoga dengan kerja sama dan bantuan dari pelbagai pihak, saudara-saudara kita di Lebanon segera bisa recovery dari peristiwa yang sangat menyedihkan ini,” tandasnya.

Saat ini, Kemlu telah menyatakan akan terus memantau perkembangan situasi di Lebanon. Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi pun sudah melakukan komunikasi dengan Dutabesar RI di Beirut, Hajriyanto Thohari untuk memperoleh informasi mengenai situasi dan keselamatan para WNI.

Hingga saat ini, terdapat satu orang WNI dengan inisial NNE yang menjadi korban luka ringan dalam ledakan dan sudah mendapatkan perawatan, serta kembali ke rumahnya.

Berdasarkan catatan KBRI, jumlah WNI di Lebanon saat ini mencapai 1.447 orang. Sebanyak 1.234 merupakan Kontingen Garuda yang tergabung dalam Misi Perdamaian PBB UNIFIL, sedangkan 214 lainnya WNI sipil yang terdiri dari pekerja dan mahasiswa.