Kebijakan pemerintah yang tidak memberlakukan lockdown atau penguncian pada awal pandemi Covid-19 membuat masyarakat mengalami pandemic fatigue.
- Sopir Truk Angkutan Buah Di Jember Meninggal Mendadak, Saat Parkir Kendaraan
- Pelantikan Pengurus JMSI Aceh Disaksikan Langsung Ketua KPK
- Menteri ATR/ BPN Bagikan 390 Sertifikat Redistribusi Tanah ke Warga Jember
Pandemic fatigue merupakan kondisi ketika masyarakat lelah dengan ketidakpastian kapan pandemi akan berakhir.
"Kondisi masyarakat kita tentu sudah menjurus ke pandemic fatigue karena masuk tahun kedua, kita di awal tidak mengambil kebijakan untuk lockdown, tapi strategi buka-tutup," ujar sosiolog Universitas Indonesia (UI), Daisy Indira Yasmine dalam diskusi virtual "Tanya Jawab Cak Ulung" yang digelar Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (22/7).
Daisy menuturkan, strategi kebijakan buka-tutup juga telah dilakukan banyak negara. Namun di Indonesia sendiri kebijakan ini tidak diimbangi dengan penanganan Covid-19 yang lebih serius.
"Nah keseimbangan ini yang belum ditemukan. Keseimbangan kebijakan social distancing dengan dampaknya, ditambah penyebaran virus ini nggak matching," jelasnya.
Dalam hal ini, Daisy juga menyoroti kurangnya pelibatan masyarakat oleh pemerintah ketika mengambil kebijakan.
Jika ditinjau dari segi sosiologis, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang kompleks, sehingga resistensi terhadap kebijakan pemerintah tidak bisa dihindarkan. Untuk itu, perlu keterlibatan lembaga masyarakat dalam pengambilan kebijakan.
- Rumah Sakit Lapangan Tembak Hanya Layani Rujukan Pasien Melalui Puskesmas se Surabaya
- Bupati Lindra Bersama Kapolres Tuban Kawal Ketat Pelaksanaan Vaksinasi
- Tak Tahan Dengan Perlakuan Mandor, Pekerja Pabrik Eratex Mengadu ke Dewan