Sikap politik Partai Amanat Nasional (PAN) yang lebih memilih bergabung ke dalam koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo diduga tak lepas dari hasrat kekuasaan.
- Petani Terancam, Aturan Bank Tanah UU Ciptaker Mendistorsi Reforma Agraria
- Target 10 Kursi, Golkar Kabupaten Probolinggo Gelar Safari Bareng Pengurus Pleno
- Pemilih NU Tidak Bulat ke PKB, Muhaimin Belum Mampu Dongkrak Elektabilitas Anies
Pandangan tersebut disampaikan Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie. Pasalnya, dia melihat ada perbedaan corak kepemimpinan PAN saat ini dengan masa sebelumnya.
Jerry menilai, PAN di bawah kepemimpinan Zulkifli Hasan cendrung menempel dengan penguasa. Sementara, di masa kepemimpinan sebelumnya cendrung bersebrangan alias menjadi oposisi.
"Saya duga ini gara-gara kursi di kabinet jadi apapun dilakukan oleh PAN. Memang saat ini PAN jauh berbeda dengan era Ketum Hatta Radjasa bahkan Amien Rais," ujar Jerry kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (27/8).
Padahal menurut Jerry, PAN sebetulnya lebih cocok berada pada posisi oposisi, bersama dengan dua partai lainnya yang konsisten mnejadi penyeimbang demokrasi di Indonesia, yaitu Partai Demokrat dan PKS.
"Tapi mereka lebih memilih dekat dengan kekuasaan ketimbang berlawanan dengan koalisi Pemerintah," tuturnya.
Terlepas dari kepantasan PAN menjadi oposisi, Jerry menganggap Zulhas sebagai pemimpin tertinggi partai berlambang matahari itu punya hasrat untuk menjadi menteri.
"Alasannya Zulhas pernah duduk di posisi menteri jadi agak canggung dan janggal kalau tak duduk di kabinet. Kalau PAN masih dikendalikan Amien Rais maka akan sulit bagi PAN untuk koalisi ke pemerintahan Jokowi," demikian Jerry Massie.
- Presiden Jokowi Harus Tegur Menteri Bahlil
- Prabowo: Semua Penghitungan Lembaga Survei Menunjukkan Paslon Prabowo-Gibran Menang Satu Putaran
- Perdebatan Usia Capres-Cawapres, Zulhas: Demokrasi Kok Diatur-atur
ikuti update rmoljatim di google news