Andai Saya Gubernur Lampung 

Ricky Tamba/Net
Ricky Tamba/Net

ANDAI saya Gubernur Lampung, saya akan rajin keliling dan berkantor di desa-desa untuk mendengarkan langsung keluh-kesah rakyat di bawah. Karena mereka lah, saya bisa jadi Gubernur Lampung, dengan titipan amanah dan harapan agar daerah semakin maju dan rakyat sejahtera. 

Suara mereka akan sayup terdengar, terhempas bisikan-bisikan manis dan puja-puji memabukkan, bila hanya mendengar dari kursi nyaman ruangan berpendingin di gedung-gedung yang megah.

Andai saya Gubernur Lampung, tentu saya akan tunaikan janji visi-misi saat kampanye. Karena buat saya, janji adalah hutang dan juga perikatan yang mengikat dengan rakyat. 

Buat saya, suara rakyat adalah suara Tuhan, dan suara itu telah memandatkan tugas mulia untuk merealisasikan berbagai slogan masa kampanye. Tak elok, berdosa dan bisa kualat saya bila mengingkari.

Andai saya Gubernur Lampung, fokus saya jelas ke sektor pertanian kehutanan perikanan, yang merupakan hajat hidup mayoritas rakyat Lampung. Keinginan mereka pasti sederhana, bagaimana sarana prasarana terjamin murah dan mudah, misalnya saja pengadaan pupuk bersubsidi tak boleh langka, pakan ternak yang bagus mudah didapat, irigasi dan jalan pedesaan yang kian apik untuk mudahkan proses produksi, dan lain sebagainya. 

Selain juga bagaimana meningkatkan hasil produksi petani dan peternak, dengan cara modernisasi dan intensifikasi melalui penyuluhan pelatihan serta mendorong kemajuan teknologi, permodalan perbankan dan akses pasar penjualan hingga ke luar negeri, yang pasti kian mudah diwujudkan dampak positif kemajuan digitalisasi finansialisasi saat ini.

Andai saya Gubernur Lampung, saya akan senang apabila banyak kelompok aktivis dan organisasi-organisasi non pemerintah yang berdemonstrasi tiap hari. Silahkan para legislator, akademisi dan jurnalis kritik saya sekeras-sekerasnya, jangan lupa kirimkan berbagai hasil kajian dan riset yang ilmiah, rasional dan argumentatif, yang akan menjadi asupan vitamin pemikiran untuk saya dan jajaran. 

Bila ini tak terjadi, semangat kerja saya jelas akan menurun, karena berarti tak ada persoalan di bawah dan pembangunan berjalan lancar sukses jaya. Bahkan, saya akan langsung terima mereka yang berdemonstrasi ke kantor gubernur, tentu saja bila tak sekedar demonstrasi abal-abal, tapi mesti konstruktif dan solutif menyangkut hajat hidup orang banyak. 

Andai saya Gubernur Lampung, generasi muda milenial pasti diberdayakan. Caranya? Mudah sekali, tenaga sangat produktif seperti mereka pasti akan mampu diarahkan masuk ke dunia ekonomi kreatif, selain juga untuk berbagai proyek padat karya yang tak rumit diciptakan.

Lampung ini daerah yang kaya raya, berbatasan langsung dengan Jakarta dan Pulau Jawa serta memiliki banyak potensi di luar sumber daya alamnya, mulai dari berbagai destinasi wisata yang menarik yang bisa dikelola dengan baik untuk menarik wisatawan hingga ke mancanegara, aneka penganan dan kopi yang nikmat yang pasti laku dijual lebih mahal bila dikemas dengan mutu dan kualitas serta promosi yang ciamik kekinian. 

Juga tentu saja berbagai kreativitas kearifan lokal asli Lampung yang dapat menjadi inspirasi bagi banyak vloggers dan industri seni hiburan. 

Potensi-potensi ini juga akan menarik bagi perusahaan-perusahaan aplikasi besar dan start-up yang melihatnya sebagai ceruk pendapatan menjanjikan pasar ekonomi kreatif.

Andai saya Gubernur Lampung, atlet dan pembina berprestasi pasti bahagia dan bangga. Kenapa? Karena mereka dijamin kehidupannya melalui beasiswa pendidikan dan pekerjaan tetap. 

Di belahan dunia mana pun, olahraga adalah wajah daerah dan negara di luar wilayahnya. Kalau terlihat cantik, akan harumkan banggakan nama. Selain itu, pembinaan olahraga secara konsisten berkesinambungan akan memupuk nilai positif berupa semangat juang dan sportivitas khususnya di generasi muda milenial centenial. 

Lampung ini memiliki banyak atlet muda potensial, yang mesti diperhatikan dikelola sehingga tak hijrah ke daerah lain. Ganteng-ganteng begini, saya pernah juga jadi atlet dan pembina bolabasket tingkat kampung dan kampus lho, jadi gak asal njeplak.

Andai saya Gubernur Lampung, setiap minggu pasti ada 1-2 hari di mana saya akan pulang-pergi ke Jakarta untuk melaporkan perkembangan pembangunan ke Presiden dan jajaran kabinet.

Selain saya adalah wakil dari pemerintah pusat untuk menjembatani koordinasi dengan para bupati dan wali kota, sebagai pemegang amanah rakyat Lampung saya pasti juga akan berjuang sekuat tenaga mendapatkan arahan petunjuk pusat hingga teknis konkrit untuk membawa pulang tambahan hibah, bantuan serta alokasi lainnya dari berbagai kementerian/lembaga dan organisasi-organisasi non pemerintah hingga tingkat internasional yang dapat bermanfaat bagi rakyat. Contohnya saja vaksin Covid-19 dan obat-obatan yang dibutuhkan sekali guna memutus wabah yang sepertinya masih akan berlangsung lama, pelatihan-pelatihan produktif untuk petani dan milenial, serta segudang program lainnya yang pasti didapat bila rajin berikhtiar dan berdoa dengan nawaitu lillahi ta'ala untuk kesejahteraan rakyat.

Andai saya Gubernur Lampung, komunikasi dengan perusahaan-perusahaan besar akan dirajut sinergis harmonis, sehingga mereka nyaman berusaha dan menyukseskan pembangunan lewat pajak yang disetorkan dengan jujur dan benar, bantuan sosial kemasyarakatan (CSR) dll. 

Kalau cuma andalkan APBD, mungkin tak akan cukup untuk akselerasi dinamisasi pembangunan, sehingga butuh inovasi bekerjasama dengan para pengusaha yang pasti mau berkontribusi lebih selama iklim bisnis ekonomi stabil dan kondusif.

Andai saya Gubernur Lampung, semoga tak berwatak jahat untuk lakukan korupsi, kolusi dan nepotisme. Saya sendiri juga pasti akan bingung bagaimana cara menghabiskan tunjangan yang hak dan halal dari negara, karena ke mana-mana pasti fasilitas tersedia dan gratis tak perlu cabut dompet. Belum lagi miliaran anggaran rumah tangga dan kedinasan yang memang sah secara hukum, yang pasti sangat lebih dari cukup bila hanya untuk mengisi perut saya, seorang istri dan beberapa orang anak. Istilahnya, bernafas pun sudah dibayar oleh negara. 

Saya bukan manusia super yang mampu bekerja sendirian, sehingga butuh dukungan tim yang super dari jajaran dan para pakar yang membantu di pemerintahan. Saya takkan rela bila ada jajaran saya yang tak serius bekerja makan uang negara, sementara rakyat di bawah banting tulang setiap hari, yang tak sedikit pasti jumlahnya hanya untuk bertahan hidup keluarganya dari hari ke hari. 

Saya malah akan rajin memohon atensi khusus dari Jakarta, agar KPK, Mabes Polri dan Kejagung RI trengginas tangkapi birokrat, politisi dan pengusaha busuk yang menjarah Lampung. Jangan sampai elite foya-foya, tapi rakyat menderita.

Andai saya Gubernur Lampung.... Ah, ternyata barusan saya bermimpi. Dari mana pula saya bisa ikut dan memenangkan Pilgub Lampung yang isunya butuh biaya ratusan miliar hingga triliunan rupiah. 

Tapi kata orang dahulu, mimpi adalah bunganya tidur. Semoga bunga tersebut dapat bersemi dan tumbuh mekar, agar harumnya kian semerbak mewangi, menyebarkan asa dan sukacita ke banyak orang, tak hanya ilusi hampa. Demimu Lampungku, padamu baktiku. Semoga.

Aktivis '98 dan Rakyat Lampung Timur