e-SOCO: Menjawab Tantangan Kerjasama ASEAN-Korea di Era Pandemi

Pengumuman Juara I Essay Writing Competition yang digelar oleh Korean Center of RMOL pada Selasa, 2 November 2021/RMOL
Pengumuman Juara I Essay Writing Competition yang digelar oleh Korean Center of RMOL pada Selasa, 2 November 2021/RMOL

PANDEMI Covid-19 yang mewabah di dunia sejak awal tahun 2020 hingga hari ini telah merubah cara dan sistem bagi jalannya berbagai aspek. Ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan, diplomasi, hingga sosial-budaya seakan dipaksa untuk menyesuaikan diri agar tetap dapat bertahan di tengah carut-marut penyebaran virus kecil nan mematikan.

Ekonomi mendadak mati. Pendidikan kesulitan. Kerjasama pun sulit dilakukan. Namun ketiga hal itu hanya menjadi sebagian kecil dari beribu masalah yang harus segera dihadapi pada awal masa pandemi. Kehidupan sehari-hari hingga kehidupan bernegara yang biasanya dapat dilakukan dengan mudah dan “live” atau secara langsung, kini menjadi sulit untuk terlaksana.

Tak terkecuali dengan cara bekerjasama yang biasa dilakukan oleh para negara dan beragam Organisasi Internasional, terutama dalam bidang sosial-budaya. Kerjasama yang biasanya dapat dilakukan secara langsung menemui negara atau organisasi yang bersangkutan, kini sulit dilakukan karena penerbangan yang dihentikan.

Salah satu organisasi internasional yang kerap melakukan kerjasama dengan negara-negara lain adalah ASEAN. ASEAN atau Association of Southeast Asian Nations merupakan organisasi kawasan yang mewadahi kerjasama antarnegara di wilayah Asia Tenggara sejak tahun 1967. ASEAN dibentuk untuk mengatasi berbagai tantangan di segala bidang, mencakup ekonomi, politik, hingga sosial budaya. ASEAN memiliki tiga pilar utama, yang salah satunya berfokus pada bidang sosial budaya, yaitu ASCC.

ASCC atau ASEAN Social-Cultural Comunity adalah komunitas ASEAN yang berfokus kepada hal lingkungan, pendidikan, budaya, kesehatan, pemuda, perempuan, dan sebagainya. Rencana kerja ASCC memiliki empat unsur yaitu, membangun sebuah komunitas peduli masyarakat untuk mengatasi masalah kemiskinan, pemerataan dan pembangunan manusia; mengelola dampak sosial dari integrasi ekonomi dengan membangun basis sumber daya manusia yang kompetitif dan sistem perlindungan sosial yang memadai; meningkatkan kelestarian lingkungan dan tata kelola lingkungan; dan memperkuat dasar-dasar kohesi sosial daerah terhadap Komunitas ASEAN.

Rencana kerja ASCC yang telah disusun sedemikian rupa tersebut tentu saja perlu dieksekusi agar visi, misi, dan tujuan dari ASCC dan ASEAN dapat segera tercapai. Walaupun negara anggotanya hanya beranggotakan sepuluh negara yang terletak di Asia Tenggara, tidak menutup kemungkinan ASEAN melalui komunitas-komunitas pilarnya juga menyelenggarakan kerjasama dengan negara lain diluar Asia Tenggara. Dengan salah satu negara di Asia Timur misalnya, yaitu Korea Selatan.

Kerjasama ASEAN dan negeri gingseng ini sebenarnya sudah lama dilakukan, tepatnya sejak berdirinya Kemitraan Dialog Sektoral mereka pada tahun 1989. Negara-negara anggota ASEAN adalah tujuan perjalanan paling populer bagi orang Korea dan sebaliknya, jumlah pengunjung yang datang mencapai 11,44 juta pada tahun 2018.

Selain itu, bahasa Korea dan budaya K-pop semakin populer di ASEAN, dan pertukaran budaya telah berkembang seiring dibukanya Rumah Budaya ASEAN di Korea pada tahun 2017.

Hubungan politik dan diplomatik juga kerap dibangun melalui berbagai konferensi. Lalu, bagaimana kabar dan kelanjutan kerjasama yang telah dijalin sejak lama ini, terutama pada masa pandemi Covid-19? Karena sebagaimana yang diketahui bahwa penerbangan ke Korea sedang tidak berjalan dan bagaimana upaya ASEAN dalam melanjutkan kerjasama, terutama pada bidang sosial budaya, bersama negeri yang terkenal dengan serial dramanya ini? Maka, dalam esai ini akan dijabarkan mengenai salah satu ide yang dapat menjadi alternatif jawaban ASEAN dalam kerjasamanya dengan Korea Selatan.

Jika berbicara mengenai dampak negatif yang dihasilkan dari adanya wabah Covid-19 ini, seolah tidak akan menemukan titik ujungnya karena tidak akan ada habisnya. Maka dari itu, perlu adanya melihat dan mengkaji dampak pandemi ini dari sisi positifnya. Kendati demikian, bagaimana bisa melihat sebuah sisi positif dari wabah yang telah banyak memakan banyak nyawa ini? Positifnya, teknologi semakin berkembang karena pandemi.

Pesatnya perkembangan teknologi ini memudahkan adaptasi semua kalangan yang diwajibkan stay at home selama masa pandemi. Melalui aplikasi-aplikasi teleworking misalnya, segala pekerjaan hingga pendidikan dapat dilakukan dari rumah. Tidak hanya teleworking saja, namun muncul pula tren telemedicine, online shopping, e-money, hingga hiburan dalam jaringan (daring).

Maka apabila segala hal dapat dilakukan dengan bantuan teknologi, seharusnya diplomasi dan kerjasama terutama dalam bidang sosial-budaya juga dapat dikolaborasikan menggunakan media teknologi ini. Dalam esai ini, penulis memperkenalkan salah satu ide yang dapat dijadikan alternatif bagi ASEAN dalam menjalin hubungannya dengan Korea, yaitu e-SOCO.

e-SOCO atau electronic based for Social Cultural Cooperation merupakan ide inovasi dari penulis dengan harapan bahwa kerjasama di bidang sosial-budaya, terutama yang dilakukan ASEAN dan Korea, dapat tetap terlaksana walau di tengah pandemi Covid-19. Kerjasama pada bidang sosial-budaya ini dilakukan dengan media teknologi, baik menggunakan media yang telah tersedia, maupun media baru bentukan ASEAN dan Korea.

Media ini diharapkan dapat menjadi wadah berjalannya konferensi sosial-budaya antar negara anggota ASEAN dan Korea yang biasanya diadakan secara langsung di satu tempat yang sama. Tidak hanya itu, berjalannya kerjasama sosial-budaya ini juga dapat melibatkan para anak muda dari negara-negara anggota agar dapat ikut andil dalam kegiatan ini.

Hal ini berdasar pada konferensi daring yang menjamur di sosial media yang mengangkat suatu tema khusus untuk saling bertukar pikiran dan mencari jalan tengah atas suatu masalah. Jika ASEAN-Korea bisa melakukan hal serupa output nya dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi jalannya kerjasama sosial-budaya ini.

Tidak hanya itu, pihak ASEAN-Korea juga dapat memberikan webinar mengenai kerjasama ini, sehingga anak muda tidak hanya kekinian yang mengetahui Korea dari musik dan dramanya saja, namun juga memiliki wawasan seputar budaya nya pula. Pameran-pameran sosial-budaya serta seni antara negara anggota ASEAN dan Korea juga dapat dilakukan melalui media e-SOCO ini. Tidak ketinggalan dengan pertukaran pelajar yang terhenti akibat pandemi, juga dapat dilanjutkan sementara dengan media e-SOCO, sehingga tantangan kerjasama ASEAN-Korea bisa teratasi walau ditengah pandemi.

Maka berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan diatas, e-SOCO dapat membantu menjawab tantangan kerjasama sosial-budaya antara ASEAN-Korea di era pandemi seperti sekarang. Dengan adanya penggunaan teknologi yang masif, kerjasama yang biasanya dilakukan secara langsung, dapat tetap berlanjut ditengah pandemi sekalipun.

Namun lagi-lagi, segala ide dan inovasi yang telah dijabarkan diatas, tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya kolaborasi dari pihak-pihak terkait. Adanya keinginan untuk memperkuat diplomasi hingga adanya keinginan untuk mencapai visi, misi, dan tujuan yang ingin dibentuk adalah syarat utama dari berjalnnya semua program yang telah dicanangkan. Karena ide tanpa aksi, hanya sebatas huruf-huruf yang disusun pada suatu kertas saja.

Dipomacy without arms is like music without instruments,” Frederick The Great.

*Penulis merupakan Juara I Essay Writing Competition dengan tema "ASEAN-Korea Cooperation Onwards" yang digelar oleh Korean Center of RMOL