Kelompok 212 kembali menunjukan eksistensi mereka sebagai oposisi pemerintah. Hari ini kelompok yang lahir dari turbulensi politik akibat kasus penistaan agama yang melibatkan Basuku Tjahaya Purnama kembali menggelar Reuni 212 di Jakarta pusat.
- Jika Duet Anies-AHY Terwujud, Demokrat Bakal Maksimalkan Perubahan Bersama Rakyat
- Dampingi Kunjungan Jokowi, Prabowo Kejutkan Kader Gerindra Surabaya
- Survey Poltracking Prabowo Gibran Capai 60.1% di Jatim, TKD Jatim: Dampak Fenomena Migrasi Massal Pemilih ke 02
Menurut pengamat politik Ujang Komarudin, konsistensi kelompok 212 dalam menyaurakan aspirasi mereka didukung banyak faktor.
"Organisasi yang memiliki basis massa besar, pendukungnya banyak, tentu ingin membuktikan eksistensinya di mata publik. Inilah yang ingin dipertahankan gerakan 212," kata Ujang Komarudin dalam diskusi Tanya Jawab Cak Ulung bertajuk 'Politik Reuni 212', Kamis (2/12).
Ujang sendiri mengakui telah lama mengamati gerakan 212 sejak dikomandoi Habib Rizieq Shihab 2016 silam.
Baginya, aksi 212 bukanlah gerakan massa yang biasa. Hal itu terlihat dari besarnya massa hingga dinamika yang terjadi selama perjalanan 212 hingga kini.
"Ini bukan gerakan biasa, tadi (Reuni 212) ada laporan (aspirasi) turunkan Jokowi. Secara historis, (212) bagian dari pihak dalam tanda kutip oposisi bagi pemerintah. Walaupun kita tidak mengenal opsisi di jalanan," tandasnya.
- Habiburokhman Gerindra: Putusan MKMK Tak Bisa Batalkan Putusan MK
- Kata Pengamat, Megawati Tidak akan Sesukses Mahathir dan Joe Biden
- Pengamat: Termasuk Milenial Progresif, Bupati Fauzi Layak Maju Pilgub Jatim