Begandring Soerabaia Temukan Batu Candi di Kompleks Makam Sunan Ampel

Tim Begandring Soerabaia saat meneliti temuan batu candi di kompleks makam Sunan Ampel/ist
Tim Begandring Soerabaia saat meneliti temuan batu candi di kompleks makam Sunan Ampel/ist

Para pegiat sejarah yang tergabung dalam Begandring Soerabaia menemukan dua struktur batu candi di Kompleks Makam Sunan Ampel. Benda bersejarah tersebut diduga menjadi peninggalan pra Kerajaan Majapahit.


Dua benda arkeologis tersebut ditemukan saat Begandaring menggelar wisata bersejarah bertajuk “Surabaya Urban Track (Subtrack)” di kawasan Makam Ampel, Minggu (12/12) lalu. Program ini digelar periodik yang melibatkan para akademik, praktisi, mahasiswa, komunitas, dan media.    

"Penemuan struktur dua batu ini mirip batu candi. Ini layak diteliti," ujar Tri Priyo Widjoyo, anggota Begandring kepada Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (14/12).

Dua batu bersejarah ini diletakkan begitu saja di area Makam Sunan Ampel yang sekarang sedang dibangun. 

Selain dua batu candi itu, pegiat sejarah juga menemukan 1 umpak, 4 gentong batu andesit, 3 lumpang andesit, 1 nisan batu berornamen flora dan fauna setinggi satu meter, dan 4 nisan lain dengan ornamen berbeda.

Priyo menjelaskan, selama ini hanya gentong batu yang jamak diketahui publik sebagai tempat minum peziarah. Namun benda-benda yang lain belum pernah dilihat khalayak. Termasuk nisan asli Sunan Ampel yang diganti baru, enam bulan lalu.

"Kami berharap benda-benda bersejarah tersebut segera diamankan dan diteliti. Jangan sampai rusak atau raib," tandas Priyo.

Sementara Nanang Purwono, koordinator Begandring, mengaku tercengang melihat temuan benda-benda bersejarah berserakan di lokasi proyek. Bahkan salah satu nisan ada yang patah.  

"Ini tidak sembarangan. Benda-benda ini memiliki nilai sejarah sangat tinggi," kata dia.   

Nanang lalu menunjuk salah satu batu yang ditemukan, di mana batu itu berbentuk huruf "L". Batu seperti ini lazim ditemukan dalam struktur candi berbahan batu andesit (padas). Ukurannya, panjang 60 cm, lebar 40 cm, dengan ketebalan 30 cm.  

"Batu ini memiliki model struktur penguncian (interlocking system). Tidak pernah ditemukan benda bersejarah seperti ini di Surabaya," jabarnya.

Nanang berharap, Pemerintah Kota Surabaya dan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) segera mengambil langkah-langkah kongkret penyelamatan benda-benda bersejarah tersebut. 

“Saya yakin benda-benda ini masuk kategori cagar budaya. Pemegang kebijakan harus segera turun untuk mengamankan benda-benda itu,” pungkasnya.