Gotong royong, Bank Indonesia dan Pemkab Banyuwangi Bakal Kembangkan Kawasan Hortikultura Organik

Kepala Perwakilan BI Jember, Hestu Wibowo (kiri) saat menemui Bupati Ipuk dan TPID Banyuwangi/dok. Humas Pemkab Banyuwangi
Kepala Perwakilan BI Jember, Hestu Wibowo (kiri) saat menemui Bupati Ipuk dan TPID Banyuwangi/dok. Humas Pemkab Banyuwangi

Untuk memperkuat sektor pertanian, Bank Indonesia bersama Pemkab Banyuwangi bakal gotong royong mengembangkan kawasan hortikultura organik.


Sektor ini, merupakan penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi sebesar 30 persen. Hal itu dikatakan Kepala Perwakilan BI Jember Hestu Wibowo saat menerima kunjungan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Banyuwangi, di Kantor BI Jember, Selasa (25/1).

Hestu mengatakan, Banyuwangi bisa mengembangkan pertanian hortikultura organik menjadi satu kluster unggulan yang strategis. Saat ini hortikultura organik telah menjadi tren.

Sebagai partner stabilisasi ekonomi, BI telah mengembangkan pertanian organik di beberapa wilayah Banyuwangi, salah satunya di Desa Segobang, Kecamatan Licin. Di desa itu, mengembangkan eco farming yang terintegrasi dengan penerapan digital farming dan pola-pola pertanian organik lainnya.

"Berdasarkan pengalaman kami, dengan melakukan pola-pola organik, produktivitas pertanian meningkat. Produksi yang awalnya 6 sampai 7 ton per hektar, bisa mencapai 11 ton per hektare," papar Hestu, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (26/1).

"Di Banyuwangi bisa dikembangkan lagi, dengan membuat satu kawasan, misalnya satu kecamatan yang khusus mengembangkan pertanian hortikultura full organik," tambahnya.

Bahkan, Hestu melanjutkan, BI akan membuat laboratorium pertanian organik di Banyuwangi.

"Kami akan mendirikan laboratorium pertanian organik, yang salah satunya membuat pupuk organik, dan pola-pola pertanian organik lainnya di Banyuwangi. Ini bisa menjadi pilot project pertanian organik," jelas Hestu. 

Kepala Perwakilan BI meyakini bisa mengembangkan hal tersebut. Karena selama ini, Banyuwangi telah dikenal sebagai daerah yang kreatif dalam berinovasi. Ini ditunjukkan meskipun pertumbuhan ekonomi sempat dihantam pandemi Covid-19, namun Banyuwangi dengan cepat kembali pulih dan melakukan stabilisasi ekonomi. 

"Tren pertumbuhan ekonomi Banyuwangi terus membaik dan stabil. Bahkan Banyuwangi bisa meraih TPID terbaik se-Jawa Bali dua tahun berturut-turut. Tentu ini merupakan prestasi tersendiri di tengah kondisi yang serba sulit akibat pandemi," urai Hestu.

Sementara Bupati Ipuk merespon secara positif apa yang dilakukan BI. Yang menurutnya sejalan dengan program Banyuwangi Rebound, sebuah gerakan untuk memulihkan ekonomi.

"Pengembangan pertanian organik sejalan dengan program Banyuwangi Rebound. Di dunia pertanian Banyuwangi terus memperkuat digitalisasi dan go organic," kata Ipuk.

Pada tahun ini, Dinas Pertanian menargetkan lahan pertanian organik akan diperluas menjadi 500 hektare dari 157 hektare.

"Di Banyuwangi sudah ada produk pertanian kelas ekspor. Karena itu, dengan mengembangkan pertanian organik menjadi satu kawasan khusus ini akan kian meningkatkan produktivitas on farm dan out farm, yang muaranya tertuju pada kesejahteraan masyarakat," tambah Ipuk. 

Ipuk berterima kasih atas dukungan BI pada Banyuwang selama ini. "Inilah yang menjadi kekuatan Banyuwangi. Gotong royong dari semua pihak," katanya.