Selama empat pekan terakhir, ribuan warga sipil dilaporkan meninggal di kota pelabuhan Mariupol, Ukraina yang terkepung oleh Rusia
- Khofifah Optimis Jatim Merdeka Dari Covid-19 Asal Masyarakat Tetap Displin
- Gegara Omicron, Garuda Indonesia Tunda Penerbangan Jemaah Umroh
- Pamit Pergi ke Bali, Warga Jember Ditemukan Tewas Gantung Diri
Kepala misi hak asasi manusia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Ukraina, Matildo Bogner mengatakan pihaknya telah mengerahkan sekitar 60 pemantau ke Mariupol untuk melihat situasi di sana.
"Kami pikir mungkin ada ribuan kematian, korban sipil, di Mariupol," ujarnya pada Selasa (29/3), seperti dikutip Reuters.
Sehari sebelumnya, Senin (28/3), jurubicara Walikota Vadym Boichenko mengatakan hampir 5.000 orang, termasuk sekitar 210 anak-anak, meninggal di Mariupol sejak pasukan Rusia mengepung pada bulan lalu.
Selain itu, 90 persen bangunan di Mariupol telah rusak, 40 persen bahkan hancur, termasuk rumah sakit, sekolah, taman kanak-kanak, hingga pabrik.
Mengutip keterangan saksi, pejebat setempat memperkirakan bahwa 300 orang tewas dalam pengeboman 16 Maret di teater Mariupol tempat orang-orang berlindung.
Pada Selasa, kantor hak asasi manusia PBB telah mengkonfirmasi 1.179 warga sipil tewas dan 1.860 terluka di seluruh Ukraina sejak awal invasi Rusia pada 24 Februari.
- Detik-detik KA Argo Semeru Tabrak Mobil Carry di Madiun, Seluruh Penumpang Berhasil Selamat
- Ratusan Mahasiswa dan Buruh Duduki Grahadi, Desak Cabut UU Omnibus Law
- Paska Ledakan, Menteri Penerangan Lebanon Mengundurkan Diri