Ekspansi Kredit di Jember Meningkat, Sektor Ekonomi Mulai Tumbuh

Kepala OJK Jember Hardi Rofiq Nasution saat memberikan keterangan pers/RMOLJatim
Kepala OJK Jember Hardi Rofiq Nasution saat memberikan keterangan pers/RMOLJatim

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jember mencatat perkembangan sektor keuangan terus meningkat dan semakin berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi di Kabupaten Jember.


Perkembangan ini seiiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca pandemi covid-19, mulai triwulan pertama tahun 2022.

"Per triwulan I-2022, tercatat pertumbuhan asset perbankan di wilayah kerja OJK Jember, baik bank umum maupun BPR masing-masing sebesar 9,76% dan 2,04%," ujar Kepala OJK Jember Hardi Rofiq Nasution, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Sabtu (4/5).

"Salah satu kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan tersebut adalah Kabupaten Jember dengan pertumbuhan asset Bank Umum sebesar 8,12% dan BPR sebesar 2,36%," sambungnya.

Diketahui, wilayah Kerja OJK Jember, wilayah Sekar Kijang (Eks Karesidenan Besuki dan Lumajang), yang meliputi Situbondo, Jember, Bondowoso, Banyuwangi dan Lumajang.

Hardi menjelaskan emasuki bulan puasa dan Idul Fitri 1443 H/Maret - April 2022, terutama dengan adanya peningkatan harga komoditas.

Lembaga Jasa Keuangan (LJK) berperan aktif dalam mendukung masifnya ekonomi masyarakat baik dalam bentuk korporasi maupun UMKM.

Peran LJK ini, terlihat  dari meningkatnya jumlah ekspansi kredit perbankan per 31 Maret 2022.  

"Ekspansi di wilayah kerja OJK Jember cukup tinggi, yaitu 8,31% oleh Bank Umum dan 4,79% oleh BPR," jelas Hardi.

Sedangkan Kabupaten Jember sendiri, lanjut Hardi, tercatat mengalami pertumbuhan kredit di kisaran 5% - 6%, dengan kontribusi terbesar disokong oleh sektor perdagangan besar dan eceran.

Selain itu, industri non bank terutama perasuransian di wilayah kerja OJK Jember juga tercatat mengalami pertumbuhan positif dengan penghimpunan premi asuransi per 31 Maret 2022 tumbuh 83,47% menjadi Rp301,41 Miliar.

Sebaliknya, jumlah piutang perusahaan pembiayaan mengalami penurunan sebesar -1,79%.

Begitupun halnya di pasar modal, jumlah investor reksadana dan saham juga meningkat. 

"Nilai penjualan reksadana mencapai sebesar Rp20,3 miliar per 31 Maret 2022 dari sebelumnya Rp16,17 miliar dan nilai kepemilikan saham mencapai sebesar Rp1.843,90 miliar dari periode sebelumnya sebesar Rp1.762,67 miliar," terangnya.

Hardi menambahkan, OJK akan terus fokus pada penerapan program inisiatif keuangan berkelanjutan (suistainable finance), mempercepat supervisory technology dan regulatory technology