Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi membuka secara langsung seleksi beasiswa penghafal kitab suci Weda, di Pura Segara, Kecamatan Kenjeran, Sabtu (4/2).
- Gotong Royong Surabaya Menekan Stunting, hingga Angkanya Terendah se-Indonesia
- Labkesda Surabaya buka Layanan Laboratorium Klinik hingga Kesehatan Lingkungan
- Jumlah Kunjungan ke Perpustakaan Umum Surabaya Capai 52 Ribu Orang per Bulan
Baca Juga
Seleksi penghafal kitab suci yang ketiga kali ini, diikuti oleh 185 pelajar penganut Hindu, mulai dari jenjang TK, SD, dan SMP.
Dalam keterangan resmi yang diterima Kantor Berita RMOLJatim, Wali Kota Eri Cahyadi menyampaikan, seleksi beasiswa penghafal kitab suci adalah bagian dari pemersatu umat di Surabaya.
Bukan hanya sebagai pemersatu umat, seleksi penghafal kitab suci ini juga menunjukkan bahwa Surabaya adalah kota toleransi.
“Saya matur nuwun (terima kasih) kepada seluruh umat Hindu di Kota Surabaya. Kalau anak-anak sudah menghafal kitab sucinya, maka Surabaya akan menjadi kota yang aman dan damai tentunya penuh dengan toleransi,” kata Wali Kota Eri.
Dengan adanya beasiswa hafalan kitab suci, ia berharap, anak-anak Kota Pahlawan ke depannya bisa menjadi pemimpin yang memiliki akhlak mulia.
Bukan hanya akhlak mulia, dia juga berharap, anak-anak Kota Pahlawan bisa menjaga toleransi antar umat beragama, dan keberagaman suku, serta budaya.
Wali Kota Eri mengungkapkan, akan menambah kuota beasiswa penghafal kitab suci, khususnya pada agama Hindu.
Menurutnya, semakin banyak kuota, maka akan semakin banyak generasi muda yang berakhlak, sesuai ajaran agamanya masing-masing.
“Tentu kegiatan ini akan dimasifkan, dan sudah menjadi agenda rutin. Seperti yang saya dengungkan, bahwa Surabaya adalah kota toleransi, tidak boleh satu dengan lainnya merasa lebih baik,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, seleksi beasiswa penghafal kitab suci ini, peserta tidak hanya menghafal ayat.
Akan tetapi, para peserta juga diminta untuk memaknai bacaan sesuai dengan cara, dari masing-masing agama.
Tak hanya itu, hafalan kitab suci ini juga bagian dari pembentukan karakter anak-anak. Yusuf menerangkan, dengan adanya kegiatan seperti ini, maka siswa tidak hanya fokus pada aspek akademis.
“Kami dari Dispendik juga ingin membentuk anak-anak dari berbagai aspek. Tidak adanya aspek akademis yang bagus, namun juga dari segi religi dan talentanya juga bagus,” terang Yusuf.
Yusuf menambahkan, dalam seleksi ini para siswa tak dituntut untuk membaca ayat kitab suci dengan sempurna.
Menurutnya, jika siswa dituntut untuk membaca dengan sempurna akan kesulitan.
“Minimal anak-anak paham dulu dasar kitabnya, baru kemudian disempurnakan bertahap oleh guru. Maka dari itu, saya berpesan kepada para guru agar memberikan pemahaman soal agamanya, tempat ibadahnya, dan bagaimana cara membaca ayat-ayat yang baik,” pungkasnya.
- Megawati: Jangan Sekalipun Gentar Hadapi Kepungan Manuver Politik Praktis
- 12 Senpi di Rumah Dinas Mentan Masih dalam Penyelidikan Polda Metro Jaya
- Pengamat: Puan Berpeluang Maju Bila Jadi Cawapres Prabowo