Tim UPN Veteran Jatim Beri Penguatan Kompetensi Bela Negara Melalui Budaya Wayang

Teks foto: Tim UPN Veteran Jatim memberikan penguatan kompetensi kepada guru TK di wilayah Kecamatan Pakal, Surabaya/ist
Teks foto: Tim UPN Veteran Jatim memberikan penguatan kompetensi kepada guru TK di wilayah Kecamatan Pakal, Surabaya/ist

Tim dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur (UPN Veteran Jatim) memberikan penguatan kompetensi kepada guru TK di wilayah Kecamatan Pakal, Kota Surabaya, Rabu (14/6).


Bentuk penguatan kompetensi tersebut diimplementasikan melalui pembuatan dan penerapan Alat Permainan Edukatif (APE) berbasis ilustrasi dalam mengenalkan jiwa bela negara.

Tim UPN Veteran Jatim yang diketuai Dr. Wiwik Handayani, SE, M.Si dengan anggota Mentari Clara Dewanti, SE., MM., Mahimma Romadhona, S.T., M.Ds dan Virginia Mandasari, S.MB, MSM mengungkapkan, bahwa bela negara merupakan kewajiban setiap warga negara.

Tujuan dari pendidikan bela negara yang diberikan kepada anak-anak, adalah untuk membentengi diri mereka dari perkembangan teknologi yang memiliki dampak negatif serta mengetahui nilai luhur Bangsa Indonesia.

"Sebagai warga negara Indonesia, wajib membela negaranya untuk menjaga keutuhan NKRI. Di zaman digitalisasi, ancaman terhadap keutuhan bangsa semakin keras dan bervariasi, sehingga menuntut kewaspadaan yang tinggi," kata Ketua Tim UPN Veteran Jatim, Dr. Wiwik Handayani, SE, M.Si dalam rilis yang dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (23/6).

Untuk itu, Wiwik menyebut, masyarakat juga harus dilatih menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sejak dini. 

Karena menurutnya, memberikan pembelajaran bela negara sejak dini juga menjadi tanggung jawab para pendidik melalui sekolah-sekolah. 

"Guru harus menanamkan nilai-nilai bela negara kepada murid-muridnya," jelasnya.

Nah, agar pembelajaran mudah ditangkap dan tidak membosankan, Mentari Clara Dewanti menyebut, bahwa guru dapat menggunakan media yang menarik. 

Sebab, di era sekarang, guru juga dituntut semakin kreatif dan inovatif dalam menciptakan media pembelajaran. 

Menurut dia, media pembelajaran bela negara ini bisa diterapkan dengan pendekatan melalui budaya wayang. 

Apalagi, wayang merupakan budaya nenek moyang yang tidak banyak dikenal oleh generasi muda.

"Generasi muda banyak yang tidak mengenal tokoh pewayangan. Maka melalui pelatihan ini kita angkat kembali budaya-budaya bangsa kita yang hampir punah sebagai media pembelajaran," sebutnya.

"Selain melestarikan budaya bangsa, juga untuk mengurangi intensitas penggunaan HP oleh anak-anak di usia dini," tambah Mahimma Romadhona.

Selain itu, Mahimma juga menyampaikan, bahwa saat ini kecerobohan orang tua dengan membiarkan anak-anak usia dini sudah cukup tinggi. Hal ini berakibat pada kecanduan anak-anak terhadap handphone (HP).

"Berdasarkan kesehatan, kecanduan HP tidak baik untuk perkembangan otak anak. Maka diperlukan media pembelajaran lain yang tidak menggunakan HP tapi menarik dan memiliki makna bela negara," katanya.

"Seperti pengenalan budaya kita luar biasa beragam dan variasi. Karena mencintai budaya sendiri merupakan bentuk perilaku bela negara, yang dapat menciptakan rasa cinta terhadap tanah air," pungkas anggota tim lainnya, Virginia Mandasari.