Strategi Guru Besar ITS Tingkatkan Akurasi Pemodelan Regresi

Prof Dr Wahyu Wibowo SSi MSi saat menyampaikan orasi ilmiah terkait model semiparametrik spline guna meningkatkan akurasi pemodelan regresi/Ist
Prof Dr Wahyu Wibowo SSi MSi saat menyampaikan orasi ilmiah terkait model semiparametrik spline guna meningkatkan akurasi pemodelan regresi/Ist

Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr Wahyu Wibowo SSi MSi melakukan pengkajian sebuah metode yang tepat untuk meningkatkan akurasi pemodelan regresi melalui pendekatan semiparametrik spline.


Regresi merupakan metode analisis yang biasa digunakan untuk melihat pengaruh antara dua atau banyak variable.

Pada orasi ilmiahnya yang berjudul Semiparametrik Spline: Strategi Peningkatan Akurasi Pemodelan Regresi dalam Kerangka Evidence Based Decision Making (EBDM), Prof Wahyu Wibowo menuturkan pentingnya analisis suatu data. Dewasa ini, analisis data menjadi dasar proses pengambilan keputusan bisnis yang lebih dikenal dengan konsep Evidence-Based Decision Making (EBDM).

Pemodelan regresi yang berperan penting sebagai dasar pengambilan keputusan tersebut masih memiliki permasalahan, yakni dalam penentuan fungsi regresi yang paling akurat. Fungsi dapat dikatakan akurat ketika memiliki kemampuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel respon dan prediktor dengan kesalahan yang minimum.

“Menurut saya, pendekatan semiparametrik menggunakan fungsi spline dapat mengatasi permasalahan tersebut,” ujar guru besar Departemen Statistika Bisnis, Fakultas Vokasi ITS ini dalam keterangannya dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (21/8).

Dia memilih model semiparametrik bukannya tanpa alasan, pasalnya model tersebut memiliki tingkat akurasi yang tinggi serta mudah untuk diinterpretasikan.

Wahyu juga memaparkan bahwa alasannya menggunakan fungsi spline karena fungsi tersebut tidak terlalu kompleks. “Selain itu, fungsi spline bersifat adaptif dan fleksibel terhadap pola hubungan yang terbentuk antarvariabel,” urainya.

Inovasinya tersebut tidak terbatas hanya dapat diimplementasikan dalam dunia bisnis, tetapi juga bisa diterapkan dalam bidang industri hingga pemerintahan.

Melalui orasi ilmiah pengukuhannya sebagai profesor, Kepala Departemen Statistika Bisnis ITS ini mengimplementasikan modelnya dalam bidang ekonometrika, untuk menganalisis kesenjangan pembangunan antarprovinsi di Pulau Jawa.

Dalam analisisnya, lelaki berusia 49 tahun tersebut menggunakan beberapa variabel prediktor, yakni investasi, tenaga kerja, indeks pendidikan, serta indeks teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Dari variabel prediktor tersebut, Wahyu mencoba mencari hubungannya dengan variabel respons, yakni indeks disparitas atau perbedaan pendapatan enam provinsi di Pulau Jawa tahun 2010 hingga 2019.

Ketika dianalisis menggunakan fungsi spline dengan pendekatan semiparametrik, diperoleh hasil bahwa variabel investasi pada awalnya menurunkan kesenjangan. Namun, investasi dapat meningkatkan kesenjangan setelah mencapai titik tertentu.

“Sementara grafik pada variabel lain hanya mendatar dan tidak terjadi perubahan yang signifikan,” papar dosen yang pernah juga mengajar di Departemen Statistika ITS.

Setelah melakukan analisis, alumnus Magister Matematika Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut menyimpulkan bahwasannya investasi memiliki kaitan erat terhadap kesenjangan antarprovinsi.

Sementara variabel prediktor lain, yakni indeks pendidikan, indeks TIK, dan tenaga kerja belum berpengaruh signifikan dalam menjelaskan kesenjangan pembangunan antarprovinsi di Jawa Timur.

Lewat pengaplikasian model tersebut, profesor yang juga menyandang gelar doktor dari Matematika UGM pada tahun 2015 tersebut ingin menunjukkan bahwa model regresi semiparametrik spline dapat memiliki akurasi hingga lebih dari 90 persen.

Akurasi tersebut membuat pemodelan ini dapat meningkatkan akuntabilitas dan kualitas dalam pengambilan keputusan.

Koordinator bidang sertifikasi Forum Pendidikan Tinggi Statistika Indonesia ini berencana agar model ini bisa diterapkan dalam suatu dashboard yang berguna dalam pengambilan keputusan.

“Semoga semua pihak, khususnya pemerintah dapat memanfaatkan model ini untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan,” pungkasnya.