ITS Luncurkan Tujuh Alat Kesehatan Hasil Inovasi Teknologi Digital

Djoko Kuswanto ST MBiotech saat menjelaskan mengenai hasil dari salah satu alat kesehatan yang diciptakannya/Ist
Djoko Kuswanto ST MBiotech saat menjelaskan mengenai hasil dari salah satu alat kesehatan yang diciptakannya/Ist

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui PT Tekno Sains Medika bekerja sama dengan PT Bina Makmur Abadi meluncurkan dan memasarkan tujuh alat kesehatan baru hasil inovasi teknologi karyanya.


Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD mengatakan bahwa peluncuran alat kesehatan ini menjadi bukti komitmen ITS dalam pengembangan teknologi di bidang kesehatan.

Menggandeng Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) sebagai tempat penelitian dan uji coba, ia mengharapkan ITS dapat berperan lebih banyak untuk produk kesehatan dalam negeri.

“Produk-produk kesehatan yang dibuat ini juga menggunakan komponen produk lokal,” ujarnya diutip Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (25/10).

Bambang menyampaikan, masih banyaknya barang impor pada alat kesehatan serta pesatnya perkembangan teknologi saat ini mendorong ITS untuk menciptakan alat kesehatan, khususnya pada produk dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

"Teknologi digital 3D printing, artificial intelligence (AI), serta augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi sarana kesehatan di Indonesia," tutur Bambang.

Sejalan dengan itu, inventor alat kesehatan yang juga dosen ITS Djoko Kuswanto ST MBiotech menjelaskan bahwa dibuatnya tujuh produk tersebut sebagai implementasi desain digital 3D yang terintegrasi serta fabrikasi digital yang efektif pada dunia kesehatan.

Melalui teknologi fabrikasi, produk dapat dikustomisasi dan dibuat berdasarkan keinginan konsumen. “Penggunaan teknologi ini diharapkan dapat membantu mempercepat penanganan kasus medis,” jelasnya.

Lebih lanjut, penerapan teknologi digital 3D ini terlihat pada produk-produk yang telah diluncurkan. Produk tersebut di antaranya adalah AMO3D yang merupakan cetakan implan berbasis data 3D, GUO3D berupa alat penunjang kerja berbasis 3D, serta PRO3D yang berfungsi sebagai alat pelindung tubuh yang dibuat dari hasil scan 3D tubuh pasien.

Alat-alat tersebut pun merupakan satu-satunya produk kolaborasi inovasi dan teknologi digital pada fasilitas kesehatan di Indonesia.

Tidak hanya sebagai alat penunjang kesehatan, ITS juga menciptakan produk bernama HUMA3D berupa manekin dan TSM.BONES berupa replika tulang manusia untuk sarana edukasi dan pelatihan klinis bagi calon ahli medis.

Dua produk terakhir yang diluncurkan ialah RiseHand berupa alat bantu pasien amputasi jari untuk menggenggam benda dan Surgical Instrument yang merupakan alat-alat yang digunakan dalam operasi bedah, seperti gunting, pisau dan pinset.

Djoko menyatakan bahwa produk yang baru saja diluncurkan di Jakarta Convention Center, Rabu (18/10) lalu, itu telah digunakan oleh beberapa rumah sakit dan perguruan tinggi di Indonesia.

Beberapa produk tersebut di antaranya bahkan sudah digunakan dan dipesan ratusan unit. “Jadi kualitas produk-produk ini tidak kalah saing dengan produk negara-negara maju,” ujar dosen Teknologi Kedokteran ITS ini.

Sementara itu, Direktur PT Tekno Sains Medika Nike Besta Sari menyebutkan bahwa harga produk yang dipasarkan ini lebih murah dibanding produk setipe lainnya. Contohnya, pada HUMA3D yang dijual hanya di bawah Rp 50 juta, lebih murah dibanding produk serupa yang berharga ratusan juta.

Selain karena berbahan komponen lokal, produksi tidak dilakukan berskala besar melainkan dengan sistem pre-order. “Sebisa mungkin harga jual di bawah produk impor, namun tidak mengurangi kualitas produk,” tandas Nike memastikan.

Terakhir, Nike menyampaikan bahwa peluncuran ini telah membuka pintu kepada kalangan yang ingin melakukan kolaborasi hingga penggunaan produk inovasi dari ITS.

Untuk itu, ia pun akan terus mengadakan sosialisasi dan workshop sekaligus pengembangan mengenai alat-alat kesehatan ini.

“Semoga setelah peluncuran produk ini, kita dapat terus menginisiasi dan mengembangkan inovasi produk dalam negeri lebih luas lagi,” tegasnya.