Data Stunting Jember Tinggi, Perusahaan Farmasi Nasional dan BKKBN Pusat Turun Tangan

BKKBN, Dwi Listyawardani, Corporate Affairs Director Dexa Group, Tarcisius Tanto Randy Edukasi dan Kadinkes Jember, dr. Hendro Soelistijono dalam Acara Edukasi dan Intervensi Stunting di Jember/RMOLJatim
BKKBN, Dwi Listyawardani, Corporate Affairs Director Dexa Group, Tarcisius Tanto Randy Edukasi dan Kadinkes Jember, dr. Hendro Soelistijono dalam Acara Edukasi dan Intervensi Stunting di Jember/RMOLJatim

Pemerintah Kabupaten Jember terus berupaya dengan berbagai cara untuk menekan kasus Stunting. Apalagi sejak adanya rilis  Hasil Survei Status Gisi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan, menempatkan Kasus Stunting Jember tertinggi di Jawa Timur, dengan prevalensi mencapai 34,9 persen di tahun 2022. 


Berbekal data tersebut, perusahaan Farmasi Nasional Dexa Medica berkolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, ikut turun tangan penanganan Stunting di Kabupaten Jember. Dengan menggelar program Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting di Kabupaten Jember, di Kampus Universitas dr. Soebandi Jember, Jumat (27/10) siang.

"Stunting menjadi permasalahan yang cukup genting. Terjadinya stunting akibat asupan nutrisi yang kurang dan bisa juga terjadinya infeksi berulang saat 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)," ucap Ahli Utama Penyuluh Keluarga Berencana BKKBN RI, Dr. Dwi Listyawardani, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, di Kampus Universitas dr Soebandi Jember.

Kasus Stunting lanjut dia menjadi ancaman kualitas generasi muda, terutama mengahadapi Indonesia emas tahun 2045. Sebab, Stunting tidak hanya mengalami terganggunya pertumbuhan fisik. Namun juga terganggu perkembangan otaknya, yang akan mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, serta produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.

"Salah satu yang menjadi persoalan di Jawa Timur ini, yakni adanya pasangan yang menikah di usia dini. Angkanya di atas 50%," katanya. 

Dijelaskan Dwi Listyawardani, bahwa intervensi kasus Stunting, tidak hanya pada 1000 hari pertama kehidupan, tapi diperluas hingga masa sebelum menikah atau saat menjadi calon pengantin. Apalagi sekitar 40 persen calon pengantin masih mengalami anemia (kekurangan darah) serta kekurangan energi kronik. 

"Setiap tahun jumlah pasangan menikah berkisar 2,5 juta hingga 3 juta jiwa. Sejumlah inilah, yang harus diinterpretasikan oleh kita," terang dia.

Selain itu, perlu ada perbaikan perilaku ibu, supaya sadar memberikan ASI ( Air Susu Ibu) pada anaknya. Sebab, baru 50 persen ibu-ibu, yang mau memberikan susu ekslusif selama 6 bulan. 

Sementara Corporate Affairs Director Dexa Group, Tarcisius Tanto Randy, perusahaannya, Dexa Group akan  berkontribusi mengatasi stunting bersama BKKBN, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda), dan Ikatan Bidan Indonesia dengan mengedukasi para bidan di Kabupaten Jember.

"Jember tidak sendiri dalam mengatasi penurunan prevalensi Stunting ini. Kami dari Dexa Group, berdasarkan keahlian kami, turut mendukung Program Percepatan Penurunan Stunting, sesuai dengan landasan perusahaan “Expertise for the Promotion of Health," katanya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dr. Hendro Soelistijono, menjelaskan hasil Survei Status Gisi Indonesia (SSGI) Prevalensi Stunting di Kabupaten Jember, mencapai 34,9 persen, menjadi tertinggi di Jawa Timur. 

Namun hasil penimbangan serentak hingga bulan Agustus tersebut, jumlah bayi Stunting sekitar 6,3 persen atau sekitar 9.800 bayi. Karena Pemkab Jember Terus bergerak melakukan pendampingan, semua ASN akan dibagi Habis untuk semua Stunting. Bahkan siklus hidup, mulai dari ibu hamil resiko tinggi dan Bayi Resiko Tinggi serta bayi Stunting wajib mendapatkan pendampingan. 

"ASN di Jember, sebanyak 22 ribu wajib memiliki anak asuh balita dari ibu hamil resiko tinggi," tegas dia.