Lestarikan Benda Bersejarah di Bangkalan, Pemkab Diminta Bangun Gedung Museum

Seminar Mata Uang Masa Kolonial, di Gedung Merdeka Bangkalan/RMOLJatim
Seminar Mata Uang Masa Kolonial, di Gedung Merdeka Bangkalan/RMOLJatim

Ketua Komisi D DPRD Bangkalan Nur Hasan meminta Pemerintah Kabupaten Bangkalan agar memiliki gedung yang dapat mewadahi benda-benda yang memiliki nilai sejarah yang ada di Bangkalan.


Hal itu disampaikan Nur Hasan saat mengahdiri seminar bertema Mata Uang Masa Kolonial, yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bangkalan, di Gedung Merdeka Bangkalan, Rabu (8/11).

Menurut dia, gedung meseum itu sangat penting sebagai bagian dari upaya menjaga dan melestarikan benda-benda bersejarah.

Di Bangkalan, dia menyebut ada sejumlah meseum yang menghimpun barang-barang bernilai sejarah, tetapi milik perseorangan. Salah satunya Perusnia meseum milik pribadi Salman al-Rasyid.

Museum yang dikelola Salman tersebut khusus mengoleksi mata uang yang ada di dunia dan uang yang pernah beredar menjadi alat transaksi sah di Indonesia. Saat ini koleksinya sebanyak 2600 jenis mata uang dari 156 negara dunia.

Politisi PPP itu mengaku merasa malu, karena seharusnya inisiator fasilitas gedung yang dapat menyimpan barang koleksi cagar budaya datang dari pemerintah, bukan dari orang-perorang atau swasta.

"Mudah-mudahan kita punya gedung yang representatif untuk mewadahi dan memfasilitasi semua koleksi-koleksi sejarah," harapnya.

Bahkan ia mengatakan hal penjagaan dan pelestarian cagar budaya menjadi atensi bagi Komisi D untuk segera melakukan pendataan terhadap semua situs yang ditengarai adalah merupakan cagar budaya. 

"Jangan sampai kemudian ada kejadian seperti yang disampaikan peserta tadi, yang menyebut ada situs budaya yang dijadikan tempat pembuangan akhir," ujarnya.

Pendapat lain disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan, Disbudpar Bangkalan, Hendra Gemma D. Dia justru berharap di Bangkalan semakin banyak museum-museum swasta bermuculan.

Menurutnya, itu berarti cara berpikir masyarakat Bangkalan mulai semakin terbuka terhadap barang-barang peninggalan leluhur. Dia menyebut beberapa museum swasta yang ada di Bangkalan, diantaranya Perusnia, Ambyar, dan Trisna Art. Semuanya mengatasnamakan pribadi.

"Mungkin ke depannya mengadakan koordinasi dan kerja sama untuk mengadakan beberapa pameran bersama dengan museum-museum yang ada di Bangkalan," terang Hendra.

Untuk sementara, lanjut dia saat ini pihaknya memang hanya melibatkan khusus museum yang ada di Bangkalan. Tidak menutup kemungkinan untuk perkembangan ke depannya akan mengajak museum-museum lain dari luar daerah.

Acara seminar dihadiri lembaga-lembaga sejarah, guru sejarah dan IPS dari sekolah tingkat SMP-SMA sewilayah Kota Bangkalan.