Surabaya Jadi Kota Pertama Percontohan Pemenuhan Hak Anak, Wali Kota Eri Jalin MoU dengan UNICEF dan Bappenas RI

Wali Kota Eri bersama Menteri PPPA RI, I Gusti Ayu Bintang Darmawati/RMOLJatim
Wali Kota Eri bersama Menteri PPPA RI, I Gusti Ayu Bintang Darmawati/RMOLJatim

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi melakukan Penandatanganan Rencana Kerja Tahunan (RKT) melalui penerusan kerjasama antara United Nation Children’s Fund (UNICEF) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI tentang Pemenuhan Konvensi Hak Anak untuk Program Child Friendly Cities Initiative (CFCI) di Gedung Merah Putih Komplek Balai Pemuda Surabaya, Selasa (14/11).


Dalam kesempatan tersebut, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, I Gusti Ayu Bintang Darmawati atau yang akrab disapa Bintang Puspayoga menyapa dan memberikan arahan secara daring. 

Ia lantas memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, UNICEF, dan Bappenas RI atas kolaborasi penting yang tertuang melalui penandatanganan kerjasama antar pihak. 

“Ini menunjukkan kuatnya komitmen kepala daerah dan masyarakat Kota Surabaya dalam mewujudkan sistem pembangunan yang menjamin pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak secara terencana, menyeluruh, dan berkelanjutan,” kata Bintang Puspayoga dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

Bahkan, ia kembali memberikan apresiasi kepada Pemkot Surabaya atas langkah majunya dalam memperkuat implementasi 24 indikator KLA melalui program CFCI UNICEF yang bertujuan menjadikan Kota Surabaya sebagai Kota Layak Anak Tingkat Dunia. 

“Saya berharap langkah yang dilakukan Kota Surabaya ini dapat direplikasi oleh kabupaten/kota lainnya di seluruh Indonesia,” ujar dia.

Dalam sambutannya, Perencana Ahli Madya Bappenas, Focal Point Pokja Perlindungan Anak, Program Kerjasama Pemerintah RI-UNICEF, Yosi Diani Tresna menyampaikan, kegiatan ini menjadi momentum penting dalam menegakkan komitmen serta peran Pemkot Surabaya dan UNICEF untuk berkolaborasi dalam program CFCI yang bertujuan untuk memastikan setiap anak dapat tinggal di lingkungan perkotaan yang aman, sehat, dan berkelanjutan. 

“Kota Surabaya dipilih menjadi kota pertama di Indonesia yang menjadi pilot dari program CFCI, karena memiliki potensi besar untuk menjadi menjadi Kota Layak Anak yang berstandar internasional,” kata Yosi.

Karenanya, ia berharap program CFCI di Kota Surabaya dapat menjadi menjadi modal inovasi dalam upaya menciptakan Kota Layak Anak Tingkat Dunia dengan tetap menghormati kearifan lokal dan nasional. 

“Kami menyampaikan apresiasi kepada Pemkot Surabaya dan UNICEF yang telah berkomitmen dalam melaksanakan program CFCI, serta seluruh pihak terkait yang tergerak untuk mendukung pelaksanan kegiatan ini. Selanjutnya semoga inovasi ini dapat dikebangkan dan direplikasi daerah lain secara berkelanjutan,” ujar dia.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan melalui penandatangan kerjasama tersebut, ia berharap Kota Surabaya dapat menjadi Kota Layak Anak Tingkat Dunia. 

Apalagi, Kota Surabaya sendiri sudah 6 kali berturut-turut mendapatkan Predikat Utama dalam penganugerahan dan pemberian penghargaan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA). 

“Pada penganugerahan kemarin, kalau predikat paripurna nilainya 901, sedangkan kita sudah 900 kurang 1 (poin). Tapi sebenarnya bukan itu tujuannya, kenapa kami memberanikan diri ke internasional dan satu-satunya di Indonesia? karena kami beruapaya di Surabaya selalu mengutamakan hak anak,” kata Wali Kota Eri seusai acara tersebut.

Ia menegaskan, pemenuhan konvensi hak anak sangat penting dalam pembangunan kota yang berkelanjutan dan berwawasan anak. Karena anak-anak adalah investasi berharga bagi masa depan kota dan bangsa, sehingga perlu memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan dan hak-hak mereka. 

Karenanya, Pemkot Surabaya terus berkomitmen mewujudkan Surabaya menjadi kota yang ramah anak. 

“Nanti akan dipandu oleh UNICEF dan Bappenas agar menjadi kota yang ramah anak. Sebab, tidak semua lapisan penjuru di kota kami ketahui, UNICEF mengatakan kalau berbagai hal itu juga terjadi di kota-kota ramah anak di luar negeri. Tapi langkah yang dilakukan pemkot, dan bagaimana tahapan-tahapannya itulah yang kami lakukan,” tegasnya.

Oleh sebab itu, Pemkot Surabaya terus meningkatkan realisasi program-program pendukung. Seperti, kegiatan Sinau serta Ngaji Bareng di 168 Balai RW, dan Forum Anak Surabaya (FAS) di 31 Kecamatan. 

Bahkan, FAS telah dilibatkan dalam pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), baik di tingkat kelurahan, kecamatan, maupun kota. 

“Kami juga akan membuat modul bersama UNICEF dan Bappenas sehingga nanti anak di Surabaya lebih berani mengeluarkan pendapat,” ujar dia.

Sementara itu, Kepala Kantor UNICEF untuk Wilayah Jawa, Tubagus Arie Rukmantara memberikan ucapan selamat kepada anak-anak di Kota Pahlawan yang telah memberanikan diri untuk ikut serta mewujudkan Surabaya menjadi Kota Layak Anak Tingkat Dunia. 

Apalagi sejak tahun 2014, Kota Surabaya terus membuktikan dirinya untuk meraih predikat Kota Layak Anak. 

“Konsep atau prasyarat keberlanjutan ini dipenuhi oleh Surabaya, maka kami dorong menjadi CFCI. Anak-anak Surabaya sangat aktif, mereka melakukan presentasi secara daring ke Asia Pacific, bahkan mereka menyatakan ingin jadi Kota Layak Anak Tingkat Dunia,” kata Arie.

Arie mengaku bahwa Kota Surabaya juga tak pernah berhenti bertumbuh. Sebab, Pemkot Surabaya terus menguatkan upaya perlindungan dan pemenuhan konvensi hak anak. 

“Contoh yang sudah unggul adalah partisipasi anak-anak ikut Musrenbang di kelurahan, adanya forum anak di tingkat RT/RW, serta ditunjang dengan infrastruktur yang ada di Kota Surabaya,” pungkasnya.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news