Patriotisme (Indonesia Forever)

Rosdiansyah/Ist
Rosdiansyah/Ist

GAGASAN lain yang digulirkan Anies Baswedan dalam debat 12 Desember 2023 adalah merawat patriotisme keindonesiaan. Diksi patriotisme memang tidak terucap, tapi tersirat kuat dari seluruh paparannya yang berpuncak pada frasa 'Indonesia Forever' (Indonesia Selamanya). 

Frasa pamungkas yang kemudian bergema kuat di berbagai perbincangan sehari-hari plus di jagat maya. Karena, frasa itu unik sarat pesan mengajak siapapun, khususnya generasi muda, untuk terus merawat keindonesiaan kita.

'Indonesia Forever' tentu bukan slogan kosong. Bukan jargon murahan. Tak sekadar diucapkan. Tapi, jelas punya maksud mendalam. Betapa penting patriotisme, cinta tanah air dalam situasi saat ini. Ketika begitu mudah penguasa menuding siapapun yang beroposisi pada kebijakan bakal dicap tak patriotis. Saat ada yang melancarkan koreksi pada program pemerintah, maka ia akan dicurigai tak cinta tanah air. Sungguh janggal, cinta tanah air diharuskan mencintai penguasa.  

Jika seorang calon pemimpin secara implisit mengajak siapapun untuk terus mencintai tanah air dan diucapkan pada momen penting, maka ajakan tersebut menjadi penanda, bahwa generasi muda saat ini sedang menghadapi gempuran globalisasi yang bisa menggerus rasa cinta tanah air itu. 

Oleh karena itu, 'Indonesia Forever' menjadi penanda, bahwa generasi saat ini menjadi penentu masa depan. Ini berkaitan pada kesadaran pemilih pemula yang terdiri dari tiga jenis.

Jenis pertama adalah mereka yang lahir pada tahun 2005 serta sudah punya hak pilih. Biasa disebut Generasi Z. Generasi medsos. Mereka tinggal dari desa sampai kota. Jangan meremehkan generasi Z yang menetap di pedesaan, dan beranggapan mereka itu tidak mengakses medsos. Justru dengan sarana telpon genggam terjangkau, mereka bisa leluasa membuat akun-akun medsos. Dan mereka terhubung satu sama lain. Mereka punya bahasa gaul serta akrab dengan kemajuan teknologi. Bagi mereka, kabar capres sesekali perlu ditengok.

Jenis kedua adalah mereka yang sebelumnya selalu golput. Tak peduli pada Pemilu, apalagi kabar capres. Namun kini mereka tertarik untuk ikut menyumbangkan suara pada capres tertentu. Boleh jadi, keikutsertaan mereka karena tak ingin negeri ini kian carut-marut. Mereka ingin ikut meramaikan pesta demokrasi dengan memberikan suara mereka pada capres.

Jenis ketiga adalah mereka yang sudah pensiun sejak tahun 2023 dan punya hak suara. Para pensiunan tentu punya preferensi capres, dan mereka ingin menyumbangkan suaranya untuk capres tertentu. Mereka ingin negeri ini terus diperbaiki serta ingin ikut dalam arus perubahan.

Meski latar-belakang pemilih pemula berbeda, namun mereka diikat satu kesamaan, yakni sikap patriotis warganegara. Sikap yang ditegaskan Anies melalui frasa 'Indonesia Forever'. 

Frasa patriotisme yang menukik ke jantung sanubari warganegara. Dan, seperti kata filsuf politik Maurizio Viroli, musuh para patriot adalah tirani despot, penindas kebebasan sipil dan para koruptor.

Peneliti di Surabaya