Wujud

Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net

CERITA jalan hidup manusia biasanya sama. Yang disajikan sama. Itu-itu saja. Kadang membosankan. Kadang menggairahkan. 

Perjalanan yang membosankan, kadang sudah diketahui arahnya. 

Ada banyak kepayahan. Bukan satu, melainkan bertubi-tubi. Setiap perjalanan seperti tidak ada ujungnya. Namun semua tetap patuh pada keadaan. 

Keadaan bisa membuat senang atau sebaliknya. Mengenangkan semua perjalanan yang dilalui, ada kalanya seseorang merasa kesepian. 

Pada saat orang-orang sedang gegap gempita merasakan kehangatan berkumpul, bertegur sapa satu sama lain, ada kalanya kita berada dalam keterasingan. Bagai daun keladi terendam air, perasaan terkadang mengering tidak basah. Seperti tinggal di dunia tanpa penghuni. 

Ya, perasaan keterasingan itu akan selalu ada. Di momen-momen tertentu. 

Suatu saat kita tidak akan tahu di mana awal dan akhir. Itulah titik nadhir. 

Sang Pemberi Kuasa telah menetapkan untuk mencari kehidupan dunia. Sedangkan keinginan mencari kehidupan duniawi padahal telah ditetapkan untuk pengasingan diri. Ini memang  kemunduran dari cita-cita yang mulia. Tetap saja semua tergantung bagaimana orang menjalaninya. Apakah semata-mata untuk gagah-gagahan ataukah benar-benar mencari ridhoNya. 

Memang menggantungkan diri pada yang Haq membutuhkan sikap penerimaan yang keras. Namun terkadang usaha-usaha yang keras tidak mampu menerobos dinding takdir. Bisa jadi itu merupakan sebuah kelalaian dalam apa yang diwajibkan padanya. Itu tanda-tanda butanya mata hati. 

Tidak ada gunanya betapapun banyak energi yang dicurahkan untuk sebuah niat dan tujuan, jika semua itu tidak sesuai dengan keputusanNya.  

Manusia tidak bisa meletakkan setiap keinginan di atas kehendakNya, yang telah mengatur alam kasat dan tidak kasat serta menetapkan semua takdir. Yang bisa dilakukan hanyalah memfokuskan niat pada Dzat Yang Agung di balik semua penampakanNya. 

Sayangnya, banyak cerita dalam ingatan manusia yang dianggap terlalu menyedihkan bahkan mengerikan untuk dikenang. Kalau sudah begitu, maka pilihannya  adalah diam. Menyapa hanya pada Sang Kekasih. 

Yakinlah bahwa Sang Kekasih akan memenuhi doa dari setiap yang dipilih. Bukan sesuatu yang dipilih hamba, atau pada saat yang manusia inginkan. 

Sejatinya, Sang Kekasih sedang menguji makhluk untuk tidak ragu terhadap janjiNya, meski janji itu tidak terlaksana. Hal itu supaya orang-orang tidak memadamkan cahaya hatinya. Dengan tidak padam cahaya hati, maka Dia akan membuka pintu, sehingga Sang Kekasih bisa dikenali. 

Di situlah cahaya ruh. Pengetahuan tentang DiriNya merupakan sebuah karunia. Dia mencipta dan memelihara di dalam dan sekitar ciptaan. Dia juga yang membuat kita terlena sepanjang waktu.

Jadi, tak perlu dibobol. Biarlah jika terus berada di kegelapan. Toh, kegelapan ada yang menciptakan. Mau diterangi cahaya, mau ditutupi sekalipun, semuanya sama. Dari sesuatu atau di dalam sesuatu atau di atasnya atau di bawahnya, juga sama. Betapa menakjubkannya wujud bila tampak dalam ketiadaan. 

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Segala sesuatu di alam semesta terjadi sesuai dengan ketetapanNya. Semua sudah dicatat di lauhul mahfudz.

Penulis adalah wartawan Kantor Berita RMOLJatim