@Aniesbubble/Sartori

Rosdiansyah/Ist
Rosdiansyah/Ist

PEMILU kali ini menyuguhkan fenomena baru di awal tahun 2024. @Aniesbubble di X (Twitter). Disebut bubble karena sebenarnya ini layanan berbayar yang lazim digunakan penggemar K-pop untuk menerima dan mengirim pesan kepada idola kesukaannya. Baik itu dalam bentuk teks, foto, maupun video. Sedangkan istilah Anies Bubble mencuat usai penggemar dari Calon Presiden RI Anies Baswedan membuat akun dengan nama akun @aniesbubble di X. Uniknya lagi, tampilan akun itu memakai aksara Korea atau Hangul.

Fenomena fans K-Pop yang rame-rame mendukung Anies benar-benar aksi organik. Tanpa dorongan apalagi rekayasa. Murni organik. Muncul dari sanubari fans K-Pop sendiri. Dan segala serba organik tentu istimewa. Tanaman organik, bagus untuk kesehatan. Begitupun aksi organik, ciamik untuk kesehatan demokrasi. Tanpa disuruh, tak usah diperintah, mereka berinisiatif sendiri. Aksi mandiri. Termasuk, aksi menggalang dana. Spontanitas melintas batas geografis. Ratusan ribu fans K-Pop pun berbondong-bondong mengikuti @aniesbubble.  

Belakangan, mereka tak cuma berbagi respon atau komen di jagat maya, tapi sudah merambah ruang nyata. Rame-rame patungan mendanai pemasangan konten iklan untuk Anies di videotron. Tertayang di Jakarta dan beberapa kota lain. Namun malang, konten videotron Anies tak lama bertengger di Jakarta dan Bekasi. Kurang dari sehari sudah didrop, usai ramai jadi buah bibir masyarakat.

Usut punya usut, ternyata pemilik videotron beralasan konten itu tak sesuai isi kontrak. Sang pemilik berdalih videotron untuk menayangkan iklan komersil. Bukan untuk iklan politik. Pemilik videotron menilai konten Anies adalah iklan politik. Penilaian sepihak dan layak diperdebatkan. Hanya karena Anies kini sudah jadi figur publik, lalu figurnya yang tertayang di videotron dicap sebagai iklan politik. Pemilik videotron alergi politik. Khawatir nanti dimusuhi lawan-lawan Anies.  

Adalah menarik melihat fenomena itu dari kacamata ilmuwan politik Italia, Giovanni Sartori. Sekitar tahun 1973, Sartori menulis dalam jurnal ''Political Theory'' tentang apa itu politik. Sartori merujuk ke filsuf Yunani, Aristoteles, yang menyebut manusia sebagai ''Zoon Politikon'', mahluk politik. Disebut begitu karena manusia tak mungkin lepas dari politik dalam kesehariannya. Sebelum kemudian dirumuskan menjadi sains, politik adalah soal keseharian. Kehidupan sehari-hari. Keputusan pergi ke pasar, misalnya, bisa berdasar pertimbangan politis. Pertimbangan menemui seorang kawan, juga bisa menjadi politis.

Maka, keputusan pemilik videotron men-take down konten Anies bolehlah juga dianggap sebagai keputusan politis. Pemilik videotron berpolitik. Walau ia berdalih penyewa videotron melanggar kontrak, lalu konten videotron di-take down. Namun, di luar dugaan, keputusan politis pemilik videotron justru memantik rasa penasaran publik. Dan publik pun kian ingin tahu apa sih sebenarnya konten videotron Anies itu, lantas @aniesbubble pun tambah moncer. K-Popers lebih bersemangat lagi memasang konten Anies di berbagai kota.

Peneliti di Surabaya