Harga kedelai Import semakin hari semakin meroket. Hal itu membuat sejumlah produsen keripik tempe di bumi reyog resah.
Salah satunya, Ernika Yenci. Produsen keripik tempe dengan merk Trisno di Desa Placungan, Kecamatan Slahung itu tidak ada pilihan lain selain tetap berproduksi.
"Ya tetap berproduksi seperti biasanya. Satu-satunya sumber penghasilan, " ujar wanita berusia 23 tahun.
Dia menjelaskan sudah sebulan lebih harga kedelai naik. Menurutnya kedelai dulu seharga Rp 7 ribu saat ini Rp 10 ribu.
Belum lagi, kata dia, harga Minyak goreng juga naik. Dulu Minyak goreng Rp 10 ribu per liter sekarang Rp 11 ribu. Pun harga plastic yang dulu nya Rp 27 ribu saat ini Rp 34 ribu.
Menurutnya dengan naiknya beberapa harga bahan baku membuat dirinya berputar otak. Caranya jika dulu satu bungkus isi 6 tempe keripik sekarang isi 5 tempe keripik.
"Pilihannya itu. Harga tidak naik cuma isinya yang dikurangi. Harga tetap Rp 2.500 per bungkus, " urainya.
Dengan begitu dirinya tetap berproduksi. Bahan baku 4 literally kedelai dulu nya menjadi 150 bungkus sekarang 200 bungkus.
"Tapi memang berproduksi nya yang dikurangi. Biar tetap hidup ditengah pandemi, " jelasnya.
Hal senada disampaikan Krisna yang juga produsen Keripik Tempe. Dia mengaku mengecilkan ukuran keripik tempe yang diproduksinya.
"Mau gimana lagi. Harga kedelai naik diakali dengan mengecilkan ukuran. Tetap 6 sih isinya. Tapi ukurannya kami kurangi," pungkasnya.(Fauzy Ahmad)
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Dorong Pendapatan Pajak Hingga Pariwisata Daerah, Bank Jatim Serahkan CSR ke Pemkab Ponorogo dan Sumenep
- Tinjau Banjir Ponorogo, Pj. Gubernur Adhy Fokuskan Evakuasi Warga dan Perbaikan Tanggul Jebol
- Kunjungi Kampung Produsen Tas Anyam Jali di Ponorogo, Khofifah Siap Dukung UMKM Rambah Pasar Global