Prahara Partai Demokrat yang dihantam gerakan bertameng kongres luas biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara., merupakan atraksi politik dan tragedi demokrasi yang fatal.
- Beredar Surat Undangan HUT Demokrat Kubu Moeldoko, Herzaky: Ini Sungguh Memalukan
- Di Balik Gugat ke PTUN, Moeldoko Dinilai Ingin Dapatkan Tawaran Politik Dari AHY
- Gugatan Moeldoko ke Menkumham Mendegradasi Kredibilitas Presiden Jokowi
"KLB itu menampilkan atraksi politik dan tragedi demokrasi yang fatal, menciptakan kegaduhan nasional dan mengganggu tatanan demokrasi Indonesia," kata Gurubesar Pemikiran Politik Islam FISIP UIN Jakarta, Din Syamsuddin dalam keterangan tertulisnya, Minggu (7/3).
Ia menjelaskan, pelaksanaan gerakan mengatasnamakan KLB membuktikan upaya pendongkelan kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) benar adanya. Padahal sebelumnya, upaya tersebut sempat dibantah oleh beberapa politisi yang terlibat.
"Belakangan, bantahan itu ternyata telah berfungsi semacam self fulfilling prophecy atau hal yang diciptakan untuk menjadi kenyataan," lanjutnya.
Ia pun mengamini terkait informasi yang didapatnya, bahwa pelaksanaan KLB yang tidak berizin tersebut tidak sesuai dengan AD & ART Partai Demokrat.
"Dan ini bertentangan dengan paradigma etika politik berdasarkan Pancasila," tandasnya sebagaimana dimuat Kantor Berita Politik RMOL.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- SBY Kembali Duduki Ketua Majelis Tinggi Demokrat Periode 2025-2030
- Kongres VI Partai Demokrat: Agus Harimurti Yudhoyono Terpilih Kembali Jadi Ketum 2025-2030
- AHY Pastikan Demokrat Jadi Mitra Setia Prabowo Majukan Indonesia