Jika ingin memenangkan pertarungan pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang, perseturuan terbuka antara Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf disarankan untuk segera dihentikan.
- Munculnya Risalah Bangkalan Puncak Kekecewaan Atas Kepemimpinan Gus Yahya di NU
- Tak Akan Bikin Partai atau Muktamar Tandingan, PBNU Ingin Kembalikan Marwah PKB
- Kasus Penyerangan Banser, Gus Yahya Minta Jangan Ada Pernyataan yang Membuat Reaksi Emosional
Direktur Eksekutif Indostrategic A. Khoirul Umam mengatakan untuk mencegah konflik politik semakin curam, Cak Imin dan Gus Yahya harus segera melakukan komunikasi politik.
Pandangan Umam, kedua tokoh bukan hanya membangun komunikasi, tetapi harus benar-benar menahan ego pribadinya.
"Perbaikan komunikasi politik antara Cak Imin dan Gus Yahya perlu segera dilakukan. Masing-masing juga harus menahan ego pribadi," demikian kata Umam melansir pemberitaan Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (14/5).
Dalam pandangan Umam, nahdliyin yang ada di PKB dan NU harus fokus dalam menguatkan konsolidasi organisasi dan politik berupa pemilihan umum tahun 2024 mendatang.
"Dengan fokus pada agenda penguatan organisasi yang dipimpinnya masing-masing, yakni PBNU dan PKB," pungkasnya.
Ketegangan politik PKB dan PBNU bermula dari pernyataan Gus Yahya bahwa PBNU tidak ingin NU dijadikan alat politik PKB. Pernyataan Gus Yahya itu mengarah pada kondisi kepemimpinan sebelumnya yang nampak mesra dalam menjalankan setiap operasi politik.
Beberapa hari lalu, Cak Imin menegaskan bahwa segala pernyataan Gus Yahya tentang PKB tidak akan memberikan pengaruh apa-apa.
Kata Cak Imin, berdasarkan hasil riset beberapa lembaga, para pendukung dan pemilik PKB adalah masuk kategori paling loyal. Keyakinan Cak Imin 13 juta pemilih PKB tidak akan berkhianat pada PKB.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Respon Cak Imin soal Rencana Pemberian Gelar Pahlawan Soeharto: Kita Pasrah!
- Cak Imin: Kasus Penembakan PMI di Malaysia Harus Diusut Tuntas
- Usai Dikasih Izin Tambang, Dikhawatirkan NU dan Muhammadiyah Tidak Kritis Lagi