Pernyataan Kepala Staf Presiden, Moeldoko yang menyebut rekonsiliasi antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto bukan lagi prioritas adalah ungkapan implisit bahwa rekonsiliasi tak perlu menjadi konsumsi publik.
- Bertemu Luhut, Gubernur Khofifah Pastikan Dukung Riset Vaksin Merah Putih
- Meriahkan HUT Ke-58, Partai Golkar Gelar Jalan Sehat Serentak
- Refly Harun Gelar Talk Show "20 Tahun Pemakzulan Gus Dur, Siapa Sang Dalang?"
"Manuver Istana untuk mengupayakan pertemuan Jokowi-Prabowo diprediksi makin aktif di panggung belakang elite politik, bukan panggung depan publik," kata Igor kepada Kantor Berita RMOL, Selasa (9/7).
Dewasa ini, kata Igor, pembelahan masyarakat terjadi cukup masif akibat Pemilu 2019. Hal ini justru tak terjadi pada pemilu sebelumnya.
Menilik dari fenomena ini, ia memandang kubu Istana lebih berkepentingan dalam agenda rekonsiliasi. Sosok mantan Danjen Kopassus, Prabowo yang memiliki pengikut besar menjadi pertimbangan bagi kubu Jokowi gencar mengupayakan rekonsiliasi.
"Tidak ada mantan jenderal yang punya pengikut begitu besar seperti Prabowo Subianto, dimana partai besutannya (Gerindra) perolehan suaranya semakin positif dari Pemilu ke Pemilu," tegasnya.
Sebaliknya, mantan jenderal lainnya yang juga membesut partai politik justru tak secemerlang Prabowo dalam memimpin Gerindra di Pemilu 2019.
"Atau malah ada yang jeblok di bawah ambang batas parlemen. Jadi Prabowo Subianto itu memang kartu truf penting saat ini bagi Jokowi," tandasnya.[bdp]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- MK Putuskan Preshold Tetap 20 Persen, PPP: Harus Dihormati
- AS Larang Impor Makanan Laut Dari Armada China, Pekerjanya Mayoritas Orang Indonesia Yang Dipekerjakan Paksa
- Presiden Jokowi Pastikan Segera Reshuffle Kabinet!