Kuatnya warga Nahdliyin yang menginginkan perubahan di Pilpres 2019, tidak terlepas dari gelombang populisme Islam yang bagian dari tricle down effect umat Islam di Timur Tengah.
- BKN Sebut Hasil Akhir TWK Tidak Merugikan Pegawai KPK
- Bansos Anak Korban Covid-19 di Ngawi Mulai Cair, Ini Besaranya
- Skandal Demurrage Impor Bukti Gagalnya Bapanas-Bulog Wujudkan Ketahanan Pangan
Banyaknya warga Nadhlatul Ulama (NU) di tingkat kultural yang mendukung Paslon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, menurut Agus, semestinya tidak disikapi reaksioner oleh kalangan struktural NU.
"Tidak perlu reaksioner apalagi mengambil posisi berhadap-hadapan. Positioning berhdap-hadapanlah yang kemudian menstimulasi kalangan umat Islam khususnya warga NU kultural bersikap sama,†jelasnya.
Ditambahkan Agus, kondisi inilah yang kemudian ditangkap oleh kalangan pendukung 02 sebagai cikal dukungan warga NU ke mereka.
Kalau mau jujur, seharusnya NU dibela sampai mati. Pasalnya NU merupakan pemilik "saham" terbesar atas Indonesia. Tapi, lanjut Agus, jangan kemudian NU dimasukkan dalam porsi alat kuasa dan penguasa.
"Karena NU di atas semua itu. Kanalisasi NU dalam satu ruang politik hanya akan mengkerdilkan NU sekarang dan di masa yang akan datang,†tandasnya.[aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Kadin Surabaya Minta Pemerintah Kaji Ulang Kebijakan Tapera
- IPW Apresiasi Kinerja Polri Amankan Nataru
- Golkar-Demokrat Isyaratkan Berkoalisi Di Pilgub Jatim 2024