Jumlah Pasien RS Lapangan Terus Meorosot, Jaga Prokes dan Imunitas Terus Didengungkan

Ilustrasi / RMOL
Ilustrasi / RMOL

Para punggawa Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Kota Surabaya patut berbangga diri. Sebab, jerih payah para tenaga kesehatan (nakes) seolah terbayarkan dengan jumlah pasien Covid-19 menurun drastis.


Kepala RSLI Kota Surabaya, Laksma dr I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara mengatakan, saat ini hanya ada 10% pasien dari total kapasitas Bed Occupancy Rate (BOR) yang ada, yakni 400.

"Sekarang, kita sungguh luar biasa ya, hanya sisa tidak sampai 10% jumlah pasien yang dibandingkan bulan November 2020 dan awal Februari 2021. Karena, waktu itu rata-rata di atas 300, sekarang rata-rata dibawah 50, kemarin sempat 32 (pasien). Kemarin ada pasien keluarga, sehingga jadi 40," kata Nalendra, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (8/4).

Nalendra menyebut capaian tersebut cukup membanggakan dan luar biasa dari kinerja para nakes beserta pihak terkait dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim). Karena, kasus yang terjadi cenderung menurun dan angka kematian rendah.

Ia berterimakasih dan bersyukur lantaran masyarakat benar-benar mematuhi protokol kesehatan (prokes) secara benar dan ketat. Sehingga, angka kesakitan yang terjadi bisa rendah.

Selain itu, Nalendra juga berterimakasih kepada awak media dan para nakes yang telah mengkampanyekan prokes secara benar. Dengan begitu, masyarakat tak hanya teredukasi, tapi juga sadar akan kesehatan secara detil.

"Media juga punya tugas dan bagaimana relawan menyampaikan prokes. Saya benar-benar berterima kasih, dengan capaian kita bisa menurun seperti saat ini. Pekerjaan kita jauh lebih ringan," tutur penanggungjawab RSLI Surabaya itu.

Pada bulan November 2020 sampai bulan Februari 2021, Nalendra mengaku sempat kualahan lantaran kesusahan untuk menerima atau memindahkan pasien kasus Covid-19. Sebab, hampir seluruh Rumah Sakit (RS) penuh. 

Mau tak mau, suka tak suka, pihak RSLI harus menangani para pasien. "Terpaksa, kasus yang berat disaturasi (diberi bantuan oksigen), yang oksigennya dibawah 90%," ujarnya lalu menunjuk ke arah monitor yang ada didekatnya.

Nalendra menegaskan, konsep yang didengungkan pihaknya adalah bagaimana meningkatkan imunitas. Namun, pengawasan yang sangat ketat juga dilakukan para relawan. Sehingga, ketika ada perubahan sedikit demi sedikit pada pasien, misalnya terjadi saturasi karena oksigen kurang, pihaknya langsung melakukan peningkatan oksigenasi. 

Dengan begitu, pertolongan pertama pada pasien yang terjangkit virus SARS CoV-2 tidak sampai terlambat tertangani. Meskipun, proses penyembuhan pasien itu tidak singkat, yakni dalam jangka 10 sampai 14 hari.