Dinilai Lebih Aman, Petani Ngawi Bareng TNI-Polri Lakukan Gropyokan Tikus

Petugas TNI dan polisi bersama petani di Padas Ngawi melakukan gropyokan tikus.
Petugas TNI dan polisi bersama petani di Padas Ngawi melakukan gropyokan tikus.

Puluhan petani bersama TNI dan polisi melakukan gropyokan tikus di area persawahan wilayah Desa/Kecamatan Padas, Ngawi, Minggu, (18/4). Ratusan ekor tikus berhasil ditangkap dari aktivitas gropyokan tersebut. 


Kapolsek Padas, AKP Juwahir kepada Kantor Berita RMOL Jatim menyampaikan, gropyokan itu untuk membantu petani memberantas hama tikus yang semakin hari merajalela di awal musim tanam saat ini. Ia menerangkan gropyokan tikus secara serentak menggunakan alat seperti omprong atau alat asap. 

"Model gropyokan tikus seperti itu lebih efektif dan efisien serta aman daripada membasmi tikus dengan memasang jebakan tikus beraliran listrik. Apalagi, sudah banyak korban akibat tersengat jebakan tikus beraliran listrik beberapa hari terakhir," ujar Juwahir. 

"Kita memotivasi para petani untuk melakukan gropyokan tikus memakai gas belerang. Jangan sampai mereka memakai kawat yang dialiri listrik itu sangat berbahaya terhadap keselamatan jiwa manusia," sambung Juwahir.

Juwahir menegaskan, apapun alasannya jebakan tikus dengan memanfaatkan aliran listrik meskipun dinilai efektif sebagian pihak petani  tetapi sangat membahayakan. Untuk itu pihaknya bersama TNI setiap pekan keliling di wilayah hukumnya untuk melakukan sosialisasi akan bahaya jebakan tikus beraliran listrik dan melakukan gropyokan tikus melibatkan petani langsung.

"Setiap pekan bersama TNI kita keliling desa melakukan sosialisasi dan menggropyok tikus. Sampai saat ini mendapat apresiasi positif dari saudara kita petani," ucapnya.

Lanjut Kapolsek, untuk teknis gropyokan tikus memakai omprong tersebut awalnya lubang-lubang persembunyian tikus itu ditaburi belerang bubuk. Kemudian lubang itu dipanasi menggunakan alat omprong agar asapnya masuk ke lubang. Tikus pun keluar dan langsung dipukuli.

Pungkas Juwahir, gropyokan tikus yang dilakukan secara rutin ini bisa menjadi contoh bagi petani di Ngawi lainnya agar bisa meninggalkan cara membasmi tikus menggunakan jebakan berlistrik. Ia berharap tidak ada lagi korban jebakan tikus beraliran listrik setelah kasus yang terjadi di Desa Pacing.