Tekan Harga Kebutuhan Pokok Jelang Ramadhan, DPRD Jatim Desak Pemprov Gelar Operasi Pasar Tepat Sasaran

Agus Dono Wibawanto
Agus Dono Wibawanto

Operasi pasar yang digelar Pemprov Jawa Timur harus tepat sasaran, agar masyarakat miskin benar-benar menikmati kebutuhan pokok dengan harga terjangkau menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.


Demikian dikatakan oleh anggota Komisi B DPRD Jawa Timur Agus Dono Wibawanto, kepada Kantor Berita RMOL Jatim, Senin (7/3).

“Operasi pasar perlu tapi tidak hanya temporer. Kalau benar ingin masyarakat menikmati, harus dijalankan dan kantong-kantong yang dilakukan operasi pasar harus benar-benar masyarakat miskin,” katanya.

Politisi Partai Demokrat itu mengingatkan, bahwa mendekati bulan ramadhan, banyak bahan pokok yang harganya akan merangkak naik. Kondisi itu disebabkan karena meningkatnya permintaan, sedangkan produksi di petani tidak naik secara signifikan.

Disamping itu, pandemi Covid-19 juga menurunkan produksi pertanian, karena dipengaruhi banyak faktor. Sehingga, hasil pertanian di Jatim seperti padi dan kedelai tidak bisa meningkat tajam.

“Kami sejak awal sudah mengimbau pemprov dan kabupaten/kota. Mendekati ramadhan harga barang kebutuhan akan tetap naik. Pandemi sudah dua tahun. Banyak peternak dan petani modalnya tergerus karena produksi tidak terserap,” katanya.

Selain menggelar operasi pasar, Pemprov Jatim harus melakukan terobosan kebijakan. Agar produksi pertanian di Jatim meningkat tajam. Sehingga, barang kebutuhan pokok yang permintaannya meningkat bisa dipenuhi oleh petani.

“Program yang berhubungan dengan masyarakat menengah kebawah segera digelontorkan agar masyarakat bisa berproduksi. Dengan produksi besar-besaran maka harga di bulan ramadhan bisa stabil. Mumpung masih ada waktu maka masyarakat harus tetap berproduksi besar-besaran,” jelas anggota DPRD Jatim dari Dapil Malang Raya itu.

Seperti diketahui, harga beberapa komoditas seperti kedelai dan minyak goreng melambung tinggi di Jatim. Kondisi itu membuat masyarakat mengalami kesulitan. Diantaranya UMKM yang memproduksi tahu dan tempe, yang harus kesulitan berproduksi karena tidak adanya bahan baku.