Tugu Kartonyono, Riwayatmu Kini..

Keberadaan Tugu Kartonyono Ngawi
Keberadaan Tugu Kartonyono Ngawi

Setiap prasasti maupun bangunan yang dimonumentalkan pasti punya nilai sejarah yang patut ditelaah lebih mendalam untuk dijadikan ukuran dari sebuah peradaban. 


Tdak terkecuali keberadaan Tugu Kartonyono yang berada tepat di jantung Kota Ngawi, Jawa Timur. 

Keberadaan tugu yang sudah berumur puluhan tahun tersebut sekarang berganti wajah, yakni berupa gading gajah dengan posisi menjuntai keatas.

Ternyata Tugu Kartonyono tidak sekedar nama, namun ada sepintas cerita yang patut ditulis. 

Sebelumnya, diketahui Tugu Kartonyono dibangun sekitar tahun 1983 berada di pertigaan jalan kota yang dikenal dengan penghasil tempe keripik itu. 

Ketika jembatan Dungus dibangun menuju ke timur jalur Ngawi-Caruban, maka tugu tersebut berubah total menjadi perempatan Tugu Kartonyono.

Mengapa disebut Kartonyono ?

Untuk nama Kartonyono sendiri bukan sekedar comot nama, melainkan didasari dari sebuah narasi otentik tentang keberadaan rumah Kartonyono yang tidak lain seorang kepala desa (kades) Margomulyo sebelum berubah menjadi kelurahan. 

Dan rumah tersebut sejalan dengan pembangunan Kota Ngawi terpaksa digusur, agar di atas lahan itu bisa dibangun jalan menuju jembatan Dungus sebagai akses ke jalur Ngawi-Caruban sekarang ini.

Seiring dengan perjalanan waktu tugu tersebut, kini berubah wajah menampilkan sisi eksostik bernuansakan kepurbakalaan, terutama untuk mengenang keberadaan Ngawi dari sisi jejak fosil manusia maupun gajah purba yang ditemukan oleh Eugene Dubois ratusan tahun lalu di sekitar Trinil Ngawi.

Menanggapi keberadaan Tugu Kartoyono sekarang ini Ketua DPRD Ngawi Heru Kusnindar meminta kepada DPUPR Ngawi selaku pengelola untuk intens dalam perawatan maupun pemeliharaan. Sehingga dengan keberadaan tugu yang bersifat monumental tersebut akan menjadi ikon khas daerah Ngawi sesuai ekspektasinya.

"Bicara Tugu Kartonyono saya kira luar biasa apalagi tugu tersebut mulai dikenal melalui karya-karya seni dari para seniman Ngawi. Sehingga kita jaga bersama keberadaanya," ulas Heru Kusnindar.