Acungi Jempol Program Kolega DKP, DPRD Jatim: Mendukung Kebijakan Gubernur Tekan Angka Stunting

Kabid Perikanan Budidaya DKP Jatim Hari Pranoto (kiri) menjelaskan program inovasi Kolam Lele Keluarga (KOLEGA) kepada pengunjung yang hadir dalam Pameran Budidaya perikanan di Surabaya/ist
Kabid Perikanan Budidaya DKP Jatim Hari Pranoto (kiri) menjelaskan program inovasi Kolam Lele Keluarga (KOLEGA) kepada pengunjung yang hadir dalam Pameran Budidaya perikanan di Surabaya/ist

DPRD Jawa Timur mengapresiasi program Kolam Lele Keluarga (Kolega) yang diluncurkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) jatim.


Kebijakan itu dinilai mendukung program Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dalam memerangi angka stunting di Jatim, karena akan mendukung pemenuhan gizi di lingkungan keluarga.

“Sangat mendukung kebijakan beliau sebab merupakan atensi dan prioritas program beliau (gubernur Khofifah),” kata anggota komisi B DPRD Jatim Agusdono Wibawanto.

Dia mengatakan, nilai gizi yang tinggi di dalam kandungan ikan lele sangat diperlukan bagi tumbuh kembang anak-anak.

Disamping itu, program itu akan meningkatkan pendapat warga karena bisa memperoleh penghasilan melalui ternak lele.

“Kondisi covid 19 yg sangat lama.membuat semua komponen masyarakat kehilangan pendapatan. Dengan adanya program pemerintah.dan atensi membuat masyarakat bisa berkurang bebannya,” tambahnya.

Kader Demokrat itu menyebutkan, program Kolega merupakan kebijakan dari DKP Jatim yang pro terhadap rakyat kecil. Disamping itu, program itu dinilai terobosan yang cerdas, untuk meningkatkan perokonomian warga kecil yang terpuruk akibat dihantam pandemi Covid 19.

“Sangat bagus Mas yang ditunggu masyarakat adalah kepedulian dan kemauan pemerintah meringankan beban masyarakat  itu di segerakan dana dan program-program pemerintah yang menyentuh rakyat segera direalisasikan.

“Dan teman-teman OPD juga segera membelanjakan APBDnya membeli produk UMKM dan industri sektoral. Dengan begitu akan menggungkit. Perekonomian domestic,” tambahnya.

Seperti diketahui, Provinsi Jawa Timur dikenal sebagai barometer budidaya ikan nasional. Sebab provinsi ujung timur pulau Jawa itu merupakan produsen puluhan tahun dan bertahan hingga saat ini.

Keberhasilan itu tentu berkat dukungan semua pihak, khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur yang menjadi garda depan melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para petani ikan budidaya yang tersebar di berbagai kabupaten/kota di Jawa Timur.

Bahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga ekonomi lemah di Jatim, DKP Jatim juga menyediakan program Kolega (Kolam Lele Keluarga). Dimana mulai benih hingga pakan disediakan oleh pemerintah sehiingga keuntungannya bisa dinikmati masyarakat ekonomi lemah.

“Program kolega yang berjalan 4 tahun ini, selain bertujuan untuk memasyarakatkan budidaya ikan, juga untuk antisispasi peningkatan kasus stunting di Jatim,” kata Hari Pranoto Kabid Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Timur beberapa waktu lalu.

Selain itu juga ada program Pakan Mandiri yang disupport DKP Jatim. Salah satu desa di Probolinggo terdapat kelompok Pakan Mandiri yang terbaik se Jatim diketuai Pah Wahyudiono.

Ada juga program Agropolitan, kemudian program APP dari Bu Gubernur Khofifah tentang pengentasan kemiskinan di 15 daerah di Jatim.

“Kita bantu, Dimana untuk setiap orang dibantu kolam, benih dan pakan maupun obat-obatan,” jelas Hari.

Ke depan, DKP Jatim juga akan melaksanakan program revitalisasi tambak tradisional yang ada di daerah Sidoarjo, Gresik, Pasuruan dan Probolinggo.

Sebab, Jatim dulu terkenal produsen udang windu khususnya dari Sidoarjo dan Gresik. Namun seiring perubahan iklim dan kondisi lingkungan sehingga produktivitas udang windu di kedua daerah itu terus menurun.

“Kita akan kembangkan lagi kerjasama dengan ATINA menggunakan pronema atau unsur planton yang kita kembangkan sehingga percepatan pertumbuhan udang secara organik.” beber pejabat asli Trenggalek ini.

“Kita juga berkolaborasi dengan Dinas PU Pengairan untuk revitalisasi saluran irigasi serta dengan BMKG untuk memberikan informasi prakiraan cuaca,” imbuhnya.

Budidaya ikan yang cukup menjanjikan akhir-akhir ini, lanjut Hari Pranoto adalah budidaya ikan hias. Bahkan sudah merambah ke beberapa daerah di luar Blitar, Kediri dan Trenggalek yang selama ini dikenal sebagai centra budidaya ikan hias di Jatim.

Di Probolinggo dan Lumajang juga mulai terlihat menggeliat. Bahkan beberapa waktu lalu cukup sukses menggelar lomba dan pameran ikan hias sehingga kami akan menginformasikan kegiatan-kegiatan di berbagai daerah untuk disebarluaskan ke seluruh Jatim dan akan diundang ke provinsi.

“Kemungkinan lomba dan kontes ikan hias se Jatim akan kita tempatkan bertepatan pada peringatan Hari Ikan Nasional (Harkannas) pada 21 November mendatang,” jelas Hari.

Provinsi Jatim, kata Hari juga merupakan pemasok ikan hias terbesar nasional. Kendalanya adalah pemasaran sehingga yang memiliki branding adalah daerah di luar Jatim, seperti Jakarta lalu dari Jakarta diekspor ke Singapura padahal ikannya berasal dari Jatim.

“Alhamdulillah UPT DKP Jatim di Kepanjen Malang sudah berkembang sehingga bisa menggelar kontes ikan koi se Jatim. Mudah-mudahan kedepan produk budidaya ikan hias di Jatim juga bisa menggunakan comunal branding sehingga persoalan pemasaran bisa diatasi dengan baik,” pungkas Hari Pranoto.