Ini Penyebab melonjaknya Harga Cabai di Jatim

foto/net
foto/net

Harga cabai di beberapa wilayah Jawa Timur meroket tajam. Kondisi itu disebabkan karena berbagai faktor, diantaranya adalah serangan hama yang membuat tanaman cabai mati sebelum berbuah.


Hal itu dikatakan oleh Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jatim Nanang Triatmoko.

“Kalau cabe kecil penyebab utamanya adalah mulai Blitar, kediri, Bojonegoro dan Lamongan terserang patek. Mereka mati lebih awal,” katanya pada Senin (6/6/2022).

Dia mengatakan, harga cabai keriting di kalangan petani mencapai Rp 72 ribu perkikogram. Kondisi itu diperkirakan akan terus meroket, karena masa panen di beberapa daerah terlambat.

Untuk diketahui, penyakit patek atau yang dikenal dengan sebutan antraknosa membuat tanaman cabai layu dan akhirnya mati. Jika tidak diobati, gangguan itu akan menyebar ke tanaman lain, sehingga membuat kerugian petani semakin besar.

Selain cabai keriting, kenaikan harga juga dialami cabai merah besar. Harga cabai tersebut kini mencapai Rp 51 perkilogram. Menurut Nanang, kenaikan harga cabai merah besar dipicu karena keterlambatan penanaman di beberapa daerah, akibat musim hujan yang cukup panjang.

Nanang melanjutkan, selain karena terlambat menanam dan serangan hama, kenaikan harga cabai juga dipicu oleh permintaan pasar yang meningkat setelah pandemi Covid 19 mulai mereda. Padahal, lahan pertanian cabai di Jatim, makin lama makin turun.

Untuk diketahui, di beberapa lokasi, harga cabai rawit terus meroket. Di beberapa daerah seperti kabupaten Lamongan, Sidoarjo dan Surabaya, harga cabai sudah menembus Rp 100 ribu.

Untuk mengantipasi kenaikan yang tak terkendali, Nanang meminta agar Pemprov Jatim bisa melakukan intervensi untuk mengatasi hama patek yang mematikan tanaman cabai petani. Sehingga, kerugian yang dialami petani cabai di beberapa daerah bisa berkurang.