Rumah Puisi Teguh Santosa Gelar Lomba Baca Puisi Chairil Anwar, Berikut Syarat dan Hadiahnya

Pamflet lomba baca puisi Chairil Anwar/Net
Pamflet lomba baca puisi Chairil Anwar/Net

Penyair besar Indonesia Chairil Anwar berperan penting dalam khazanah sastra tanah air. Kisah hidupnya serba eksentrik. Bukan cuma tergambar dari sajak-sajaknya yang mencerminkan ia sosok manusia yang hidup di dalam keindahan bahasa.


Tema-tema sajaknya juga bukan cinta belaka, melainkan ia seniman yang mewakili zamannya. Melalui sajak-sajaknya ia mencatat elan romantik perjuangan kemerdekaan. Salah satunya yang terkenal, sajak Karawang-Bekasi.

Jiwa Chairil sebagai penyair selalu gelisah. Seperti tak pernah puas dengan pencapaiannya dalam berkarya.

Suatu hari pada permulaan bulan September 1948 sambil menelusuri rel kereta api di Pegangsaan, Cikini, bersama sahabat dekatnya, Yazir Marzuki, Chairil Anwar menyatakan niat ingin terjun ke dunia film.

Chairil ingin membuat cerita dan Yazir ingin menerjemahkannya ke dalam bahasa film. Untuk itu kedua seniman muda ini merencanakan pergi ke Paris untuk mencari pengalaman.

Namun nasib berkata lain, kebetulan Yazir yang mendapatkan kesempatan pergi ke Paris.

Waktu ia mengabarkan hal ini, Chairil dalam bahasa Belanda dengan optimis berkata akan menyusul pada musim semi.

Sayang niat keduanya untuk membuat film tidak terkabul. Ternyata pertemuan di rel kereta api Pegangsaan itu pun merupakan pertemuan terakhir. Umur Chairil tidak panjang. Setelah didera berbagai penyakit Chairil wafat pada 28 April 1949.

Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922, sebagai anak semata wayang dari pasangan Toeloes Bin Haji Manan dan Saleha. Tahun ini tepat 100 tahun kelahirannya.

Untuk mengenang sumbangsihnya terhadap dunia sastra tanah air Rumah Puisi Teguh Santosa menyelenggarakan

“Lomba Baca Puisi 100 Tahun Chairil Anwar” untuk mahasiswa, lelajar SMA/Sederajat, dan umum.

Babak Penyisihan:

1. Peserta Kategori Mahasiswa dan Umum merekam diri membacakan salah satu puisi karya Chairil Anwar.

2. Rekaman memperlihatkan seluruh atau setengah tubuh peserta.

3. Video direkam dengan format horizontal.

4. Video tidak diedit, baik visual maupun voice.

5. Video diunggah di akun media sosial peserta dengan tagar #100TahunChairilAnwar #RumahPuisiTeguhSantosa

6. Video diunggah paling lambat hari Selasa, 26 Juli 2022, pukul 23.59 WIB.

Babak Final:

1. Dewan Juri akan memilih 10 (sepuluh) pembaca puisi terbaik dari Kategori Mahasiswa dan Pelajar SMA.

2. Peserta finalis merekam diri membacakan puisi karya Chairil Anwar yang telah ditentukan Dewan Juri.

3. Rekaman memperlihatkan seluruh atau setengah tubuh peserta.

4. Video direkam dengan format horizontal.

5. Video tidak diedit, baik visual maupun voice.

6. Video diunggah di akun media sosial peserta dengan tagar #100TahunChairilAnwar #RumahPuisiTeguhSantosa #BabakFinal

7. Video diunggah paling lambat hari Sabtu, 30 Juli 2022, pukul 23.59 WIB.

Khusus Kategori Umum:

1. Peserta menulis puisi tentang Chairil Anwar.

2. Peserta merekam diri membacakan puisi tersebut.

3. Rekaman memperlihatkan seluruh atau setengah tubuh peserta.

4. Video direkam dengan format horizontal.

5. Video tidak diedit, baik visual maupun voice.

6. Video diunggah di akun media sosial peserta dengan tagar #100TahunChairilAnwar #RumahPuisiTeguhSantosa #KategoriUmum

7. Video diunggah paling lambat hari Sabtu, 30 Juli 2022, pukul 23.59 WIB.

Syarat Kepesertaan:

1. Lomba ini terbuka untuk Mahasiswa, Pelajar SMA, dan Umum (Non Mahasiswa dan Pelajar SMA) di Jakarta.

2. Peserta wajib memiliki bukti domisili DKI Jakarta, KTP dan NIK.

3. Kemenangan peserta yang ternyata tidak berdomisili di Jakarta akan dibatalkan.

Hadiah untuk Pemenang setiap Kategori Peserta:

Juara Pertama uang tunai Rp 3.000.000 dan sertifikat.

Juara Kedua uang tunai Rp 2.000.000 dan sertifikat.

Juara Ketiga uang tunai Rp 1.000.000 dan sertifikat.

Juara Harapan 1, 2, dan 3 masing-masing Rp 500.000 dan sertifikat.

Dewan Juri:

1. Ramon Damora, penyair dari Kepulauan Riau

2. Dheni Kurnia, penyair dari Riau3. Arief Gunawan, wartawan senior.