Kasus Aliran Dana Misterius Rp 14 Triliun ke Nasabah BNI, Arief Poyuono: Kalau Salah Lebih dari Sekali Bukan Wajar

Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN (FSP BUMN) Arief Poyuono/Net
Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN (FSP BUMN) Arief Poyuono/Net

Kasus aliran dana misterius Rp 14,8 triliun yang masuk ke rekening Bank Negara Indonesia (BNI) milik Cahyo, seorang perangkat desa di Tuban, Jawa Timur, harus menajdi perhatian serius dalam pengelolaan perbankan plat merah itu.


Pasalnya, kasus serupa juga dialami NS, seorang honorer di Sekretariat DPRD Buol, Sulawesi Tengah. Saldo di rekening tabungannya juga bertambah menjadi Rp 14,8 triliun di bank yang sama dengan kasus Cahyo.

Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN (FSP BUMN) Arief Poyuono mengatakan, klaim yang dikatakan Direktur Human Capital dan Kepatuhan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Mucharom bahwa kasus itu adalah kesalahan sistem, bisa saja dibenarkan jika hanya terjadi sekali.

Tetapi, kata Arief Poyuono, melihat kasus dengan nominal yang sama itu, patut dicurigai aliran dana misterius itu ada unsur kesengajaan dari internal perbankan.

"Kalau salah lebih dari satu bukan wajar, bisa juga kesengajaan yang dilakukan internal Bank BNI dalam upaya melakukan pembobolan dana di bank BNI," kata Arief Poyuono dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (30/9).

Walau kecil terjadi, Arief juga menduga ada kelemahan sistem komputerisasi dan pengelolaan data nasabah BNI yang mungkin sudah disusupi peretas atau hacker.

"Mungkin saja sistim IT yang menyangkut dana simpanan nasabah di BNI dibobol hacker-hacker model Bjorka," katanya.

Mantan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini menjelaskan, dugaan kedua ini jika melihat rekam jejak masih banyaknya perusahaan BUMN hingga kementerian yang abai terhadap keamanan sistem komputerisasinya.

"Memang banyak sekali di Indonesia manajemen di BUMN maupun di kementerian ketika diberi info oleh BSSN bahwa sistem siber sekuriti mereka lemah dan mudah dibobol, tidak peduli dengan sistim keamanan siber mereka," terangnya.

Pada sisi lain, Arief masih mengaku sedikit lega karena penerima aliran dana misterius itu jujur dan melaporkan kepada pihak BNI ketika mengetahui kejadian tersebut.

"Kalau tidak (jujur), dana yang ditransfer hingga triliunan rupiah bisa sudah berpindah ketempat lain," tandasnya.