Ilmuwan Temukan Bakteri untuk Membantu Atasi Wabah Malaria

Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net

Strain bakteri yang diberi nama 'TC1' diketahui mampu membantu mengatasi risiko penularan penyakit malaria. 


Para ilmuwan yang bekerja di laboratorium di Tres Cantos di Madrid menemukan bahwa bakteri TC1 yang termakan oleh nyamuk akan dapat menurunkan jumlah infeksi dan mengecilkan risiko penularan.

Salah seorang ilmuwan bernama Barros-Aguirre menjelaskan bahwa saat TC1 masuk ke dalam usus nyamuk, bakteri itu akan menghasilkan metabolit, suatu senyawa alami yang disebut harmane.

"Senyawa hermane itulah yang akan mempengaruhi kelangsungan hidup telur parasit," ungkapnya, seperti dikutip dari African News pada Senin (7/8).

Lebih uniknya lagi, kata Aguirre, nyamuk tidak merasakan serangan dari bakteri, itu berarti kecil kemungkinannya untuk TC1 menjadi resisten, sebab bakteri itu tidak memodifikasi nyamuk secara genetik.

"Bakteri tidak mengubah DNA-nya dan tidak mengubah kemampuan nyamuk untuk tumbuh, tidak mempengaruhi kemampuan nyamuk untuk hidup seperti nyamuk lainnya," jelasnya.

Menurut penuturan Aguirre, TC1 sangat berbeda dengan produk insektisida yang kerap digunakan.

"Kebanyakan produk insektisida membuat nyamuk kabur karena sadar bahwa itu menyakiti mereka. Berbeda dengan TC1, bakteri ini masuk dengan tidak disadari," kata Aguirre.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada tahun 2020 separuh populasi dunia berisiko terkena malaria dengan kematian terbanyak di sub-Sahara Afrika.

Raksasa farmasi GSK dilaporkan tengah bekerja sama dengan Universitas Johns Hopkins di Baltimore, AS, untuk mengembangkan TC1 untuk digunakan melawan Malaria.

Namun perlu waktu bertahun-tahun untuk bisa mengembangkan penggunaan bakteri dan memperoleh hasil yang signifikan.