Asian Games XIX di Hangzhou, China berakhir pada Minggu (8/10). Kontingen Indonesia gagal memenuhi target Menpora dengan mengumpulkan 7 medali emas, 11 medali perak dan 18 medali perunggu berada di peringkat 13 besar.
- DBON Perlu Diperbaiki, Menpora Bentuk Deputi Baru Industri Olahraga
- Mahasiswa Desak Kejagung Tetapkan Menpora Dito Tersangka Dalam Kasus Korupsi BTS
- Disebut Kecipratan Duit Korupsi BTS Kominfo, Kejagung Didorong Periksa Menpora Dito
Sedang medali yang ditargetkan Menpora pada kontingen Indonesia saat dikukuhkan menuju Asian Games XIX di Hangzhou, China sebanyak 12 medali emas dengan kekuatan 413 atlet terdiri dari 235 putra dan 178 putri yang akan berlomba di 30 cabor.
"Kegagalan kontingen Indonesia memenuhi target yang diberikan Menpora akibat carut marutnya pembinaan olahraga di Indonesia,“ tegas mantan juara Bulutangkis Dunia, Icuk Sugiarto di Jakarta, Minggu (8/10) malam.
Icuk menegaskan, kegagalan itu harus ditebus dengan evaluasi besar-besaran dan Menpora tidak sekedar percaya pada para pembisiknya yang ada di Deputi (IV) Peningkatan Prestasi olahraga melalui tim revieuw.
Menurut Icuk, dalam evaluasi besar-besar sudah seharusnya Menpora menoleh kebelakang untuk memberikan kepercayaan pada KONI Pusat. Dengan begitu, KONI Pusat akan mengawasi semua cabang dan melaporkan cabang apa yang layak ditampilkan di Asian Games melalui pembinaan cabangnya masing-masing.
Karena yang mengetahui peningkatan prestasi dan lawan yang akan dihadapi adalah cabang yang menempanya tiap hari. Dengan catatan tetap dalam pengawasan KONI Pusat layak atau tidaknya tampil di Asian Games atau tidak.
"Jadi bila terjadi sesuatu atau tidak memenuhi target yang dilaporkan ke Menpora tinggal memanggil KONI Pusat yang menjadi penanggung jawabnya. Sementara saat ini Menpora tidak bisa menyalahkan KONI Pusat yang tidak lagi diberi kewenangan menentukan siapa atlet yang layak tampil di Asian Games XIX di Hangzhou," urai Icuk yang juga Caleg Hanura itu.
Ketika ditanya siapa yang layak menanggung kegagalan kontingen Indonesia saat tampil di Asian Games XIX Hangzhou? Icuk dengan tegas menjawab, sudah jelas Menpora. Karena yang menandatangani terakhir laporan tim revieuw adalah Menpora Dito Ariotedjo baik pada Presiden maupun masyarakat di Indonesia.
Icuk juga mengingatkan, agar pemerintah melalui Menpora mengeluarkan dana pembinaan atlet tepat sasaran pada cabang-cabang olahraga. Bukan pada beberapa Universitas yang dianggap mampu meningkatkan prestasi atlet lewat jalur Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) mencapai puluhan miliar rupiah.
Dengan gagalnya kontingen Indonesia masuk peringkat 12 dengan target 12 medali emas, maka DBON harus dievaluasi lagi lebih detail manfaatnya bagi pembinaan prestasi atlet masuk peringkat 10 di Olimpiade tahun 2045 mendatang.
Pasalnya, pembinaan atlet dari negara lain dari waktu ke waktu juga cukup signifikan untuk meningkatkan prestasi atletnya ke pentas dunia. Dengan begitu, Menpora harus serius dan tidak sekedar percaya pada para pembisiknya. Bila perlu tahun-tahun mendatang pemerintah menjadikan Kemenpora sebuah Departemen olahraga yang dipimpin para mantan atlet dan tekhnokrat olahraga. Dengan harapan tidak ada lagi kaum pembisik yang membuat analisa yang menyimpang.
Berikur klasemen 15 besar Asian Games XIX:
1. China 201 11 171 total 383
2. Jepang 52 67 69 188
3. Korea Selatan 42 59 89 190
4 .India 28 38 40 106
5. Uzbekistan 22 18 31 71
6. China Taipei 19 20 28 67
7. Iran 13 21 20 54
8. Thailand 12 14 32 58
9. Bahrain 12 3 5 20
10.Korea Utara 11 18 11 40 11.Kazakhstan10 22 48 80
12. Hong Kong 8 16 29 53
13.Indonesia 7 11 18 36
14.Malaysia 6 8 18 32
15.Qatar 5 6 3 14
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- DBON Perlu Diperbaiki, Menpora Bentuk Deputi Baru Industri Olahraga
- Mahasiswa Desak Kejagung Tetapkan Menpora Dito Tersangka Dalam Kasus Korupsi BTS
- Disebut Kecipratan Duit Korupsi BTS Kominfo, Kejagung Didorong Periksa Menpora Dito