Kericuhan di Bitung, PP Perisai Desak Polisi Bertindak Tegas

Ketua Umum Pimpinan Pusat Pertahanan Ideologi Sarekat Islam (PP Perisai) Chandra Halim/Net
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pertahanan Ideologi Sarekat Islam (PP Perisai) Chandra Halim/Net

Pimpinan Pusat Pertahanan Ideologi Sarekat Islam (PP Perisai) menyesalkan kericuhan yang terjadi saat aksi solidaritas bela Palestina di Bitung, Manado, Sulawesi Utara pada Sabtu kemarin (25/11). Kericuhan yang diduga ulah provokator itu menyebabkan satu orang tewas dari massa aksi bela Palestina.


“Kami mengutuk keras provokasi zionis yang sudah pada tahap serangan fisik terhadap massa aksi damai solidaritas bela Palestina di Bitung. Polisi harus mengambil tindakan tegas tehadap pelaku," kata Ketua Umum PP Perisai Chandra Halim melalui siaran persnya di Jakarta, Minggu (26/11).

Chandra menjelaskan, berdasarkan informasi yang diterimanya, kericuhan bermula saat massa aksi bela Palestina dihadang sekelompok massa yang membawa senjata tajam. Aksi bela Palestina yang semula berlangsung damai berubah menjadi aksi kekerasan dan penganiayaan terhadap massa yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

“Aksi bela Palestina ini soal kemanusiaan bukan soal agama. Bahkan sikap pemerintah kita jelas, mengutuk aksi zionis Israel di Palestina," kata Chandra.

Menurut Chandra, sikap tegas Pemerintah RI sudah disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi maupun Presiden Joko Widodo. Bahkan secara khusus Presiden Jokowi menemui Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk membicarakan soal serangan brutal Israel terhadap rakyat sipil Palestina

“Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel. Bahkan ditegaskan oleh para pemimpin kita bahwa Indonesia tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel selama Palestina belum merdeka," kata Chandra

“Oleh sebab itu kami meminta aparat keamanan mengambil tindakan tegas, tangkap provokator dan pelaku penganiayaan. Jangan sampai kericuhan ini berkembang dan mengarah isu SARA. Terlalu mahal harganya," sambungnya.