Tuntutan Alumni 212: Selamatkan Indonesia Dari Tangan-tangan Jahat

Unjukrasa 50 ribu Alumni 212 dalam Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI sekitaran Patung Kuda, Jakarta Pusat, Sabtu (28/9), menuntut agar Indonesia diselamatkan dari dari tangan-tangan jahat.


Karena, lanjut Eddy, negara Indonesia saat ini dalam kondisi tidak baik. Hal itu bisa terlihat dari insiden yang terjadi. Misalnya, meninggalnya ratusan petugas KPPS pada saat Pemilu 2019 kemarin.

"Bagaimana baik-baik saja? Kalau 700 manusia mati dalam waktu yang hampir sama. Petugas KPPS kita dulu mati, tidak ada pertanggungjawaban sama sekali, belum ada ribuan lagi yang masuk rumah sakit," jelasnya.

Selain itu, berkaitan dengan aksi 21-22 Mei juga merupakan insiden yang menunjukkan bahwa Indonesia sedang tidak dalam keadaan yang baik.

"Pada kerusuhan 21-22, 10 manusia habis nyawanya di tengah kebrutalan polisi, ditembak, digebuki oleh mereka," katanya.

Bahkan yang terakhir, petugas medis yang diperlakukan tindakan kekerasan oleh aparat keamanan saat sedang menjalankan tugas kemanusiaan pada saat kerusuhan aksi mahasiswa.

"Bahkan dari kalangan medis, medis saudara yang dalam perang sekalipun dilindungi. Medis oleh aparat kita digebuki dan menyebar hoax ambulans kita membawa batu, membawa bensin. Begitu PMI bilang tidak ada, petugas PMI digebuki, pasien digebuki. Baru polisi bilang maaf bukan begitu maksudnya. Polisi begitu gagah menjaring dengan UU ITE," ungkapnya.

"Mereka menebarkan kebohongan, fitnah, hoax, siapa yang menuntut meraka, mereka dengan mudah bilang mohon maaf bukan begitu maksudnya," tambahnya.

Sehingga, Eddy mengaku terdapat tiga tuntutan yang disampaikan ribuan massa aksi yang hadir di seputaran Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

"Tuntutannya pertama menolak liberalisme, kedua menolak PKI dan yang ketiga tegakkan kebeneran," pungkasnya.[aji

ikuti terus update berita rmoljatim di google news