Sidoarjo Butuh Pemimpin Perempuan, Ketua FKUB Ajak All Out Menangkan Dwi Astutik

Konsolidasi pemenangan Kelana-Astutik/Ist
Konsolidasi pemenangan Kelana-Astutik/Ist

Figur perempuan cukup mewarnai kepemimpinan di Surabaya dan sekitarnya. Mulai Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini; Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari; hingga Wakil Bupati Lamongan Kartika Hidayati. Bahkan Jawa Timur pun dipimpin gubernur perempuan, Khofifah Indar Parawansa.


Situasi ini, menurut Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Sidoarjo, KH Mohammad Kirom, menandakan masyarakat semakin 'haus' adanya figur pemimpin perempuan dalam paket kepemimpinan daerah. Termasuk di Kabupaten Sidoarjo.

"Kalau hanya didominasi laki-laki, maka aspirasi dan hubungan intens antara pimpinan dengan masyarakat yang dipimpinnya kurang dekat. Dan hingga saya umur 50 lebih ini, di Sidoarjo belum ada pemimpin perempuan," katanya di Waru, Sidoarjo, Rabu (7/10).

"Makanya, kehadiran Bu Dwi Astutik ini salah satunya figur yang harus kita sukseskan dalam Pilkada 2020. Kalau yang lain (dua pasangan calon lainnya) sih sudah jelas, laki-laki semua," sambungnya.

Selain itu, masyarakat Sidoarjo adalah mayoritas warga Nahdlatul Ulama (NU) dan Astituk dipandang Kiai Kirom satu-satunya kader NU yang memang dipersiapkan untuk estafet kepemimpinan.

"Mulai dari tingkat bawah IPPNU, naik ke Fatayat NU, hingga pada tingkat Muslimat NU, itu namanya kader. Maka saya sangat bangga dan senang sekali, kehadiran beliau (Astutik) harus all out kita menangkan," ucapnya.

"Artinya, kehadiran beliau (Astutik) senantiasa kita jadikan sebagai jembatan aspirasi rakyat yang notabene mayoritas di Sidoarjo itu memang ala Ahlussunnah wal Jamaah," imbuhnya.

Ketua Tim Pemenangan Kelana Aprilianto-Dwi Astutik, Haji Masnuh menambahkan, Sidoarjo bukan lagi saatnya diwarnai kepemimpinan perempuan tapi sebenarnya sudah telat.

"Bisa dibilang terlambat ya, karena daerah lain di Jatim sudah memunculkan pemimpin perempuan. Mulai wali kota, bupati, wakil bupati, bahkan gubernurnya juga perempuan. Maka ini saatnya memenangkan Pak Kelana-Bu Dwi Astutik," katanya.

Menurut Masnuh, dengan dipimpin duet laki-laki dan perempuan, akan lebih memudahkan dalam memajukan Kabupaten Sidoarjo karena komunikasi pelaksanaan program menjadi lebih terbangun.

"Ibu Dwi Astuti bisa membina ibu-ibunya, Pak Kelana membina bapak-bapaknya. Jadi kan klop," tandas ketua tim pemenangan Khofifah-Emil Dardak di Pilgub Jatim 2018 wilayah Sidoarjo tersebut.

Lantas, apa yang disiapkan Astutik untuk lebih memberdayakan perempuan dan memajukan Sidoarjo?

"Potensi emak-emak di Sidoarjo ini luar biasa dan tak kalah dengan Surabaya. Hanya saja, mohon maaf, saat ini potensi tersebut belum ter-blow up. Eksistensi diri perempuan di Sidoarjo belum ter-blow up," kata Astutik.

Karena itu, lanjut Astutik, banyak program pemberdayaan yang akan dilakukan, termasuk keterlibatan perempuan di dalam UMKM yang dilihatnya selama ini masih berjuang sendiri.

"Seringkali akses-akses tidak didapatkan. Ya akses pendanaan, akses pendidikan, akses untuk mendapat produk unggulan, seringkali mereka berikhtiar sendiri. 200 ribu lebih UMKM di Sidoarjo dan masih banyak yang belum tersentuh," paparnya.

Jadi, tandas Astutik yang juga wakil sekretaris PW Muslimat NU Jatim, jika dirinya terpilih bersama Kelana memimpin Sidoarjo maka kondisi perekonomian, terutama di level UMKM, akan lebih diperkuat. 

"65 persen pendapatan dari UMKM ini sangat membantu, selain industri lainnya, juga pertanian maupun perikanan. Tentu kami tak akan meninggalkan para milenial, karena ini perlu diikhtiarkan untuk perkerjaan baru," ujarnya.