Meneladani Semangat Perjuangan KH Abdul Wahab Chasbullah, Ini Ungkapan Cucu Mbah Wahab

foto/net
foto/net

Haul almaghfurlah KH Abdul Wahab Chasbullah ke-51 digelar di kediamannya, di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang . H. Ahmad Silahuddin Ketua Fraksi PPP DPRD Jatim menuturkan acara haul ini menjadi momentum bagi warga Nahdliyiin khususnya dan umat Islam Indonesia umumnya untuk mengingat kembali semangat perjuangan KH Abdul Wahab Chasbullah serta meneladaninya.


"Mbah Wahab, sapaan karibnya, menghabiskan lebih dari separuh usianya untuk berkhidmah pada agama, bangsa, dan negara," terang Gus Adi sapaan akrab Ahmad Silahuddin pada jumat ( 10/6).

Sebagaimana diceritakan oleh para penulis buku biografi KH Abdul Wahab Chasbullah, Gus Adi cucu dari Mbah Wahab menyampaikan,  Mbah Wahab adalah inspirator, pendiri, dan penggerak Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU).

Ormas Islam terbesar di Indonesia ini, oleh Mbah Wahab didirikan dengan dua tujuan utama. Pertama, melestarikan paham Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang moderat di Indonesia. Kedua, mengorganisir ulama-santri untuk bersama-sama menjaga dan merawat NKRI dari berbagai ancaman yang merusaknya, khususnya ideologi-ideologi ekstrem. 

"Dalam konteks global, Mbah Wahab dan para muassis NU lainnya berhasil menggagalkan rencana rezim Wahabi Ibn Saud yang hendak menghancurkan makam-makam keramat di Hijaz serta membatasi praktik bermazhab umat Islam," kata Gus Adi yang juga Ketua Angkatan Muda Ka'bah ( AMK)  Jatim. 

Sedangkan dalam konteks Indonesia, lanjut Gus Adi,  Mbah Wahab dan para muassis NU lainnya juga berhasil merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan kaum penjajah.

Pasca kemerdekaan Indonesia, Mbah Wahab yang juga dikenal sebagai politisi handal tersebut juga melibatkan diri dalam kegiatan politik praktis dengan menjadi Anggota Konstituante dan DPA (Dewan Pertimbangan Agung). Hal itu tidak lain dimaksudkan demi mengamankan syariat Islam melalui cara konstitusional.

Sebab, bagi Mbah Wahab tujuan bernegara tidak semata berorientasi kebahagiaan duniawi, melainkan juga kebahagian ukhrawi dengan mendasarkan praktik kenegaraan pada nilai-nilai keislaman. 

Menurut Mbah Wahab, kata Gus Adi,  agama dan politik ibarat gula dan rasa manisnya. Keduanya bisa dibedakan, namun tidak bisa dipisahkan. Itulah alasan kenapa Mbah Wahab aktif melibatkan diri dalam konstelasi politik nasional hingga akhir hayatnya.

Pada eranya, Mbah Wahab dihadapkan pada beragam ideologi ekstrem yang tak hanya berpotensi merusak Indonesia, melainkan juga eksistensi agama Islam. Jika tidak masuk dalam lingkaran politik, maka tidak mustahil Islam Ahlussunnah wal Jamaah tidak akan mendapatkan tempat di negara.

Hal penting yang patut kita teladani dari Mbah Wahab adalah bahwa dalam berjuang beliau itu selalu all out (totalitas), berikhtiar lahir-batin. Beliau dengan tulus ikhlas mengerahkan apapun yang beliau miliki. Tidak hanya waktu, tenaga, dan pikiran, melainkan juga kekayaan, dan bahkan nyawa. Selama yang dilakukannya itu benar, li i’ali kalimatillah, maka pantang bagi Mbah Wahab untuk mundur.    

Sebagai warga Nahdliyyin sudah sepatutnya kita mewarisi ruh perjuangan Mbah Wahab. 

"Apapun profesi dan latar belakang kita, marilah kita berkontribusi untuk NU, agama, bangsa dan negara sesuai kapasitas diri masing-masing. Yang penting semuanya harus didasari dan dijiwai semangat ibadah, penghambaan diri pada Allah swt. Mudah-mudahan kita semua mampu meneladani semangat perjuangan Mbah Wahab dan juga para muassis NU lainnya," pungkas putra dari Bupati Jombang Bu Nyai Munjidah Wahab ini.