Menakar Kekuatan Khofifah jika Menjadi Cawapres Prabowo

Khofifah Indar Parawansa / ist
Khofifah Indar Parawansa / ist

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dinilai sangat pantas menjadi calon wakil presiden bagi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. 


Disampaikan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim, Lutfil Hakim, selama ini Khofifah memiliki hubungan yang baik dengan para wartawan di Jawa Timur. Di mata jurnalis, Khofifah selalu mensupport program-program PWI Jatim. 

"Khofifah punya visi misi bagus selama menjabat gubernur. Dia punya presisi dan konsep yang matang sebagai pemimpin. Khofifah selalu mendukung setiap  kegiatan PWI yang berkaitan dengan pengembangan jurnalis di Jawa Timur," kata Lutfil Hakim saat dikonfirmasi awak media, Kamis (19/10).

Karena itu Lutfil Hakim sangat setuju jika Khofifah bisa menjadi pendamping Prabowo selaku Capres dari Koalisi Indonesia Maju. 

"Sebagai ketua PWI saya harus netral, tapi sebagai pribadi saya kira Khofifah sangat layak dan pantas menjadi Cawapres dari Prabowo, mengingat track record Khofifah selama memimpin Jawa Timur tidak diragukan lagi," terangnya. 

Ditambahkan Cak Item, sapaan akrab Lutfil Hakim, apabila Khofifah 'berjodoh' dengan Prabowo, maka akan banyak yang diuntungkan terutama dalam menggaet pemilih dari Nahdlatul Ulama (NU) di Jatim maupun di seluruh Indonesia.

Menurutnya, Khofifah memiliki keunggulan dibanding Cawapres Anies Baswedan maupun Cawapres Ganjar Pranowo yang baru dideklarasikan kemarin. 

"Khofifah lebih unggul dari Cak Imin maupun Mahfud MD. Suaranya tidak hanya NU, tapi Muslimat dan Fatayat di seluruh Indonesia. Itu yang tidak dimiliki dua kandidat Cawapres lain," demikian Lutfil Hakim. 

Terpisah, Ketua Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro) 1957 Jatim, Yusuf Husni mengaku sangat setuju bila Khofifah bisa bersanding dengan Prabowo. 

Menurut Yusuf, keterwakilan Khofifah di Pilpres 2024 bila dipilih menjadi Cawapres, akan semakin menarik karena ternyata faktor religius tidak bisa dikesampingkan dan dimarginalkan. Faktor ini masih berperan besar dalam kepentingan politik di tanah air.

"Jika Khofifah dipilih sebagai Cawapres, akan sangat menarik. Sebab faktor religius tidak lagi dimarginalkan. Bahkan yang namanya politik pun masih butuh itu," ujarnya. 

Selain itu, Yusuf menilai dari semua calon presiden dan calon wakil presiden yang sudah ada saat ini, tidak ada perwakilan dari kaum perempuan. Nah, di sini peran Khofifah sebagai perwakilan kaum perempuan sangat dibutuhkan. 

"Sebenarnya Pilpres 2024 ini adalah pertarungan kuat antara wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur. Dan hanya Khofifah yang bisa mendulang suara di wilayah Jawa terutama dua wilayah tersebut. Mengingat mayoritas pemilih perempuan akan terwakili dengan adanya Khofifah di bursa Cawapres," kata Yusuf Husni. 

Pria yang akrab disapa Cak Ucup ini menambahkan, bahwa keikutsertaan Khofifah dalam kontestasi Pilpres 2024, akan menjadi berwarna. Pertarungan Pilpres tidak lagi didominasi calon laki-laki, tapi juga calon perempuan. 

"Yang perlu diingat, bahwa suara pemilih saat ini banyak didominasi kalangan perempuan. Kalau memang Prabowo menggandeng Khofifah, tentu itu sangat baik. Suara pemilih dari perempuan akan utuh. Apalagi Khofifah memiliki Muslimat dan Fatayat," tandasnya.

Senada dikatakan Ketua Ikamra Ikatan Masyarakat Madura Indonesia, Adras Ridwan. Menurutnya, Jika Khofifah Indar Parawansa menjadi Cawapres Prabowo, tentu akan menjadi daya tarik sendiri bagi kalangan Nahdliyyin khususnya di Jawa Timur.

Pertama, kata Adras Ridwan, selama menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur, sudah terlihat prestasi Khofifah. Raihan prestasi ini tidak hanya menarik suara Nahdliyyin, tetapi juga masyarakat umum di luar Nahdliyyin. 

Faktor kedua, Khofifah juga menjabat sebagai ketua muslimat. 

"Tentu sudah pasti punya suara bulat dari kalangan Fatayat dan muslimat. Mereka pasti satu suara ke Bu Khofifah," lanjutnya.

Kalau pun Mahmud MD dan Muhaimin Iskandar yang notabene dari kalangan NU, suara mereka tidak akan masif. 

"Berbeda lagi kalau ada instruksi dari NU. Nah, NU kan tidak ada instruksi harus memilih siapa. Jadi saya melihat, Bu Khofifah justru yang bisa mengambil suara NU," tutupnya.