Fokus Penurunan Stunting, Pemkab Bondowoso Berdayakan Pokmas dengan Gandeng Media

Fasilitasi Dashat Pemkab Bondowoso bersama JMSI/ist
Fasilitasi Dashat Pemkab Bondowoso bersama JMSI/ist

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bondowoso berdayakan puluhan kelompok masyarakat (Pokmas) lewat pengembangan Dashat dalam rangka akselerasi percepatan penurunan stunting.


Dashat merupakan kepanjangan dari Dapur Sehat Atasi Stunting yang digelar pertemuan untuk edukasi penurunan stunting dari ragam sisi, juga dalam rangka fasilitasi pengembangan dashat di kampung KB.

Persoalan stunting adalah permasalahan yang penyelesaiannya harus melibatkan berbagai unsur, mulai dari pemerintah, akademisi, pebisnis, media dan pokmas.

Istilah lainnya memecahkan permasalahan stunting dengan skema kolaborasi pentahelix.

Pemkab Bondowoso menggandeng Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Cabang Bondowoso sebagai salah satu pemateri dalam kegiatan tersebut di gedung Sabha Bina Praja, Rabu (25/10). 

"Media adalah mitra pemerintah yang ikut mengedukasi masyarakat. Diharapkan bisa bekerjasama dalam percepatan penurunan stunting di Bondowoso," ungkap Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AKB) Kabupaten Bondowoso, Anisatul Hamidah dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

Dia menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo menargetkan secara nasional tingkat stunting di angka 14 persen pada tahun 2024 mendatang.

"Bondowoso juga menargetkan setidaknya stunting bisa di angka maksimal 21 persen," tuturnya.

Tahun 2023 ini, angka stunting di Kabupaten Bondowoso masih di 32 persen. Turun 5 persen dari tahun sebelumnya sebesar 37 persen.

"Bagaimana kita tidak sekedar menurunkan stunting, tetapi ada percepatan," harap Anis.

Menurutnya, pola pikir masyarakat harus diubah tentang gaya hidup sehat, termasuk asupan gizi anak-anak yang diberikan oleh orang tuanya.

"Stunting tidak hanya menimpa orang miskin saja tetapi juga orang kaya. Banyak orang kaya punya banyak uang tapi lebih memilih makanan yang tidak sehat. Maka edukasi sangat penting," paparnya.

Ketua JMSI Cabang Bondowoso Bahrullah menyampaikan, peran media siber sangat vital dalam penyuplai informasi cepat berkaitan dengan stunting yang terjadi di setiap wilayah.

"Ruang stunting terbuka lebar bagi wartawan dalam mengeksplorasi di setiap wilayah yang masih terdapat stunting. Media siber menjamin kecepatan informasi segera didapat pembaca," ucapnya.

Dengan pemberitaan berimbang dan sesuai kode etik jurnalistik (KEJ), persoalan stunting diharapakan bisa lebih cepat diatasi.

"Salah satu contoh kasus adik Prasetya, remaja usia 15 tahun di Desa Pancoran yang terindikasi stunting dan gangguan syaraf motorik. Setelah beritanya viral, baik eksekutif dan legislatif kompak bergerak memberikan solusi kongkret," tegasnya. 

Oleh sebab itu, ia berharap kader posyandu maupun PKK di tingkat desa tidak alergi terhadap wartawan.

"Wartawan profesional justru merupakan mitra bagi seluruh elemen masyarakat. Mari bersama membangun Bondowoso supaya terbebas dari kasus stunting di masa depan," pungkasnya. (Adv)