Kronologi Seorang Ibu di Jember Melahirkan di Pinggir Jalan Tanpa Bantuan Bidan

Nurul Yakin (kanan), suami Kholifah yang melahirkan bayinya di pinggir jalan/Ist
Nurul Yakin (kanan), suami Kholifah yang melahirkan bayinya di pinggir jalan/Ist

Halifah (35) warga Dusun Krajan Desa Jambesari Kecamatan Sumberbaru, diketahui melahirkan di pinggir jalan Desa Kaliglagah Kecamatan Sumberbaru, pada Rabu (20/12) dinihari. Ia melahirkan dalam perjalanan, tak jauh dari Kantor Balai Desa Kaliglagah, yang dibonceng oleh suaminya menuju Puskesmas Sumberbaru.


Kisah ibu melahirkan anak keenamnya secara mandiri ini segera tersebar di sosial media. Sebab, saat minta tolong ke seorang bidan, malah enggan memberi bantuan.

Suami Halifah, Nurul Yakin mengatakan istrinya sudah merasakan ada tanda-tanda akan melahirkan, pada Rabu dinihari. Karena itu, dia mengantarkan istrinya dengan dibonceng sepeda motor dari rumahnya menuju Puskesmas Sumberbaru. 

Namun dalam perjalanan sampai Desa Kaliglagah, sekitar 10 kilometer dari puskesmas, Khalifah tak kuasa menahan sakit.

"Istri saya meminta menepikan sepeda motornya, mengeluh tak tahan menahan sakit," kata Nurul Yakin, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (20/12).

Karena panik, lanjut dia, langsung mengurangi laju sepeda motornya dan menepikan ke tempat yang aman sesuai permintaan istrinya, dan turun dari motornya.

"Tak lama kemudian istri melahirkan di pinggir jalan," katanya.

Ia menjelaskan, sebenarnya saat akan melahirkan ada warga sekitar Desa Kaliglagah yang mau membantu proses persalinannya. Namun Khalifah menolaknya karena malu.

Bayi itu lahir dengan sendirinya dengan selamat meski tanpa bantuan petugas kesehatan. Baru setelah bayinya lahir, warga mulai datang membantu. Warga kemudian mengantarkan pasutri dan bayinya ke bidan terdekat. 

"Namun, saat sampai di rumahnya, bidan itu menolak. Alasannya takut mau menolong," terang Nurul Yakin

Mendengar penolakan itu, ia sempat panik, sebab ari-arinya belum keluar. Meski demikian, Nurul Yakin tidak menyerah dan meminta bantuan bidan lainnya, Desa Jambesari, 6 kilometer dari lokasi kejadian. 

Tak menyerah, Nurul Yakin akhirnya meminta bantuan bidan lain yang masih tetangganya. Rumahnya berjarak sekitar enam kilometer dari tempat kejadian.

Di bidan kedua ini, Kholifah akhirnya mendapatkan pertolongan, ari-ari keluar. "Ibu bidan tinggal memotong tali pusarnya saja. Setelah itu, istri dan bayi yang baru lahir saya bawa pulang. Tidak dirawat di puskesmas," ujarnya.

Peristiwa itu akhirnya tercium pihak Dinas  Kesehatan Kabupaten Jember dan berjanji akan melakukan investigasi.

Bahkan Kepala Dinas Kesehatan Jember dr Hendro Soelistijono turun sendiri ke Sumberbaru, untuk melakukan pengecekan.

Menurut dia, bayi yang lahir adalah anak keenam dari pasangan Kholifah dan Nurul Yakin. 

"Karena kelahiran anak ke-6, sehingga jalan bayi dalam rahim lebih lebar. Hal itu menyebabkan proses kelahiran lebih cepat," katanya.

Hendro menjelaskan, si suami sempat mencoba meminta pertolongan ke bidan setempat, Desa Kaliglagah. Tetapi entah bagaimana, bidan tersebut tidak mau. Akhirnya minta tolong ke bidan yang punya wilayah di Desa Jambesari.

Pihak keluarga, lanjut dia, tidak mau dirawat di Puskesmas Sumberbaru, akhirnya dibawa pulang. Dia bersyukur karena kondisi ibu dan bayinya saat ini dalam kondisi sehat semua.

Menurut Hendro, bidan desa yang awalnya enggan mau menolong sebetulnya bidan tidak perlu menunjukkan Surat Ijin Praktik (SIP) untuk menangani pasien dalam kondisi gawat darurat. Sebab dokumen itu hanya untuk tempat saja.

"Kami akan melakukan koordinasi dengan IBI (Ikatan Bidan Indonesia), atas adanya kasus bidan yang tidak mau menangani ibu melahirkan dalam situasi darurat," jelas dia.