Waspada Bencana! Cuaca Ekstrem Ancam Jawa Timur

foto/RMOLJatim
foto/RMOLJatim

Cuaca ekstrem masih akan berlangsung di Jawa Timur hingga bulan Maret ini. Hal ini berpotensi meningkatkan ancaman bencana hidrometeorologi, seperti angin kencang, banjir, dan tanah longsor.


Anggota Komisi D DPRD Jawa Timur, Heri Romadhon, mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana tersebut. "Bencana hidrometeorologi sudah terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur, seperti banjir di Mojokerto dan Probolinggo," terangnya.

Heri Romadhon menekankan pentingnya mitigasi bencana untuk mengantisipasi dampak hidrometeorologi. Mitigasi ini dapat dilakukan melalui Sistem Peringatan Dini atau EWS dari BPBD perlu mengembangkan EWS terpadu yang diintegrasikan dengan berbagai moda komunikasi, seperti website, media sosial, SMS blast, dan radar cuaca milik BMKG.

Disamping itu, menurut dia, Sosialisasi dan pengembangan Desa Tangguh Bencana (Destana), Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), dan gerakan tanam pohon perlu dilakukan secara kolaboratif dengan pemerintah daerah dan relawan.

Heri Romadhon yakin Pemprov dan pemda setempat sudah melakukan penanganan tanggap bencana di wilayah yang terkena dampak. Namun, kewaspadaan dan kesigapan masyarakat juga sangat penting untuk meminimalisir korban jiwa dan kerusakan akibat bencana.

Politisi PAN ini mengatakan bencana hidrometeorologi sendiri, sudah terjadi di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur. Antara lain, Kabupaten dan Kota Mojokerto mengalami banjir, tanggul jebol hingga jembatan putus, kemudian genangan, di Kabupaten dan Kota Probolinggo, Kabupaten Madiun, Magetan dan Ngawi juga terjadi banjir luapan air sungai usai hujan deras.

"Tentunya saya yakin Pemprov maupun pemda setempat sudah melakukan penanganan tanggap bencana terhadap bencana di wilayah tersebut," jelasnya.

Heri Romadhon lalu menjabarkan dalam antisipasi bencana dampak hidrometeorologi tersebut, perlu adanya mitigasi bencana di antaranya, melalui sistem peringatan dini (Early Warning System) terpadu BPBD yang dikembangkan dan notifikasinya disebarluaskan melalui semua moda komunikasi.

"Ini disebarluaskan melalui semua moda komunikasi, Website, media sosial, SMS Blast, kemudian juga ada integrasi teknologi canggih, seperti radar cuaca milik BMKG dan pemantauan sungai dari BBWS, PU SDA dan Jasa Tirta diintegrasikan pada Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) yang dipantau secara 24 jam 7 hari," terang dia.

Selain itu, lanjutnya, perlu ada peningkatan kapasitas masyarakat melalui sosialisasi dan pengembangan Destana (Desa Tangguh Bencana), Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dan melakukan gerakan tanam pohon yang dilakukan secara kolaboratif dengan pemerintah daerah dan para relawan. 

Berdasar rilis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim penghujan diprediksi terjadi pada Januari - Maret 2024.