Ini Indonesia, Cuk!

Bendera Merah Putih Indonesia dan Bendera Palestina berkibar dalam satu momen aksi dukungan masyarakat Indonesia kepada rakyat Palestina, di Jakarta/Net
Bendera Merah Putih Indonesia dan Bendera Palestina berkibar dalam satu momen aksi dukungan masyarakat Indonesia kepada rakyat Palestina, di Jakarta/Net

BEBERAPA waktu lalu McDonald's (McD) Israel mendonasikan paket makanan gratis untuk Pasukan Pertahanan Israel atau Israel Defense Forces (IDF).

Tindakan McD cabang Israel membuat marah warga dunia terutama McD franchise di negara-negara Muslim, salah satunya Indonesia.

Di Indonesia, seruan boikot digaungkan. Netizen ramai-ramai menyerbu akun resmi media sosial McD Indonesia dan menyatakan kekecewaannya. 

Setelah mendapat 'serangan' netizen, pihak McD Indonesia langsung memberikan klarifikasi. Hanya saja klarifikasi dianggap tidak tulus. Pasalnya, dalam klarifikasi tersebut, pihak McD Indonesia tidak 'berani' menyebut nama Palestina melainkan konflik timur tengah.

Perusahaan ini juga menegaskan kembali bahwa McD Indonesia adalah entitas yang beroperasi sepenuhnya secara independen dan tidak terafiliasi dengan kegiatan atau keputusan dari cabang McD di negara lain, termasuk Israel. 

McD Indonesia juga menyebut sebagai perusahaan swasta nasional dengan lebih dari 16.000 tenaga kerja lokal, dan tidak terlibat dalam keputusan politik atau operasional dari McDonald’s Corporation secara global.

"Kami berfokus pada menyediakan pelayanan dan produk berkualitas bagi pelanggan kami di Indonesia dan tidak terlibat dalam isu politik, sesuai dengan filosofi 'Niat Baik, Hasil Baik' dari pendiri kami".

Dengan tidak terlibat dalam isu politik, maka McD Indonesia memposisikan berada di wilayah abu-abu. 

Mengingat klarifikasi tidak mempan dan netizen terus-terusan menyeru boikot, tak lama kemudian PT Rekso Nasional Food selaku pemegang waralaba McD Indonesia menyalurkan bantuan kemanusiaan sebesar Rp1,5 miliar untuk warga Palestina yang terdampak konflik, melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI. 

Dalam bantuan tersebut, pihaknya menyatakan keprihatinan terhadap warga terdampak akibat krisis kemanusiaan di Gaza. 

Netizen ramai lagi. Bantuan McD Indonesia dianggap terlambat. Bantuan tersebut dianggap semata-mata agar waralabanya tidak diboikot sebagai produk pro Israel.

Hal yang sama juga terjadi dengan minuman kemasan Aqua yang diproduksi PT Danone Indonesia. Pasca Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram membeli produk pro Israel, tagar #TolakDanoneAqua langsung menjadi trending topik di media sosial X.

Sama yang dilakukan McD. Pihak Danone langsung menanggapi seruan boikot tersebut. Danone menyebut bahwa perusahaannya merupakan perusahaan publik yang beroperasi di 120 negara. Atas hal itu pihaknya memiliki banyak karyawan dari beragam latar belakang etnis dan budaya. Sehingga Danone tidak memiliki afiliasi dengan politik di manapun.

Danone juga menegaskan bahwa mereka tidak memiliki pabrik dan tidak beroperasi di Israel. Sebaliknya, di Indonesia Danone memiliki 25 pabrik dengan 13.000 karyawan. Perusahaan yang bermarkas di Prancis itu juga mengklaim bahwa bisnis mereka melayani 1 juta pedagang di Indonesia.

Pihaknya juga telah memberikan bantuan kemanusiaan senilai Rp 1 miliar uang diserahkan kepada Lazismu. Pemberian dana ini merupakan bentuk kepedulian kepada masyarakat Palestina yang terdampak.

Pihak Danone juga berada di wilayah abu-abu. 

Pertanyaannya, mengapa harus pilih wilayah abu-abu. Bukankah dalam konstitusi kita UUD 1945 di preambule alinea pertama disebutkan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Amanat konstitusi sudah jelas. Menentang segala bentuk penjajahan. Karena itu wajib hukumnya mendukung Palestina dan menentang penjajahan Israel. Apalagi ini bukan lagi soal penjajahan atau perebutan wilayah, melainkan sudah mengarah ke genosida alias pemusnahan. 

Maka, tidak seharusnya perusahaan-perusahaan multinasional yang berada di wilayah Indonesia berada di wilayah abu-abu dalam menyingkapi agresi yang dilakukan Israel terhadap Palestina. 

Sangat disayangkan jika perusahaan multinasional hanya menyatakan keprihatinan dan simpati, tetapi menolak tidak terlibat dalam isu politik. Hal ini jelas-jelas bertentangan dengan amanat konstitusi.

Kalau mau jujur, kalian sebenarnya sudah lama bermukim di Indonesia. Kalian mencari makan di Indonesia. Mencari kekayaan di Indonesia. Menyedot sumber daya alam Indonesia. Bahkan beranak pinak di Indonesia. Dan ketika dihadapkan pada konstitusi yang menentang segala bentuk penjajahan, sebagai anak bangsa kalian langsung diam. Justru ketika produk-produk kalian mau diboikot, kalian panik dan buru-buru memberi bantahan tidak terafiliasi dengan Israel. Kalian mencari pembenaran diri. Menempatkan diri di posisi netral alias abu-abu.  

Mirisnya, kalian menyebut memiliki ribuan karyawan. Seakan-akan ingin menegaskan bahwa jika produk diboikot dan perusahaan bangkrut, maka ribuan karyawan  terancam di-PHK.

Ah, betapa naifnya. 

Logika-logika terbalik seperti ini sering dilemparkan orang-orang pro Israel atau buzzeRp bayaran Israel di Indonesia. Mereka sering membolak balik logika dan kerap menyerang orang-orang yang menentang penjajahan Israel. 

Mereka bilang bahwa orang-orang yang mendukung Palestina adalah munafik. Mereka juga bilang orang-orang yang mendukung Palestina adalah sok-sokan. Pasalnya, di tanah air masih banyak orang-orang yang butuh uluran tangan. Atau jika boikot berhasil, maka banyak orang yang akan menjadi pengangguran.

Mengutip seorang ulama, logika terbalik ini sebenarnya menunjukkan ketidakpedulian dan kebodohan orang-orang tersebut dalam menyingkapi pembantaian warga Gaza di Palestina. Mereka sama sekali tidak memiliki hati nurani. Jiwa kemanusiaannya telah hilang. 

Jika di balik, bahwa orang-orang yang mendukung Palestina adalah munafik, lalu kalian yang hanya memikirkan perut sendiri disebut apa. 

Jika pendukung Palestina disebut sok-sokan, lalu kalian yang tak punya hati nurani dan membiarkan pembunuhan massal, mulai anak meninggal di depan orangtuanya, para orangtua yang menyaksikan anaknya meninggal, seorang adik kehilangan kakak dan sebaliknya, bayi-bayi baru lahir dan butuh bantuan oksigen dibiarkan tewas, anak-anak dan wanita dihujani bom, orang-orang tewas tertimbun reruntuhan gedung, kalian manusia-manusia ini disebut apa. 

Indonesia adalah negara merdeka. Bebas dari penjajah. Orang-orang pun bebas mencari makan. Orang yang di-PHK sekalipun masih bisa nyaman dan aman mencari pekerjaan lain tanpa merasa kelaparan dan memikirkan nyawa melayang setiap saat.

Sebaliknya di Palestina, orang-orang itu dijajah. Dibunuh setiap hari. Rumah-rumah dibombardir. Aliran listrik putus. Tidak mendapat pasokan air. Tidak ada makanan. Setiap malam tidur dalam keadaan dingin. Dan setiap saat nyawa bisa melayang. 

Jadi, apa susahnya mendukung Palestina dan menentang penjajahan Israel. Bukankah ini sesuai yang diamanatkan konstitusi kita. Pun perusahaan-perusahaan multinasional, mengapa kalian begitu susah menyatakan sikap menentang penjajahan Israel. Rakyat Indonesia akan merasa bangga jika kalian memiliki sikap tegas menentang segala bentuk penjajahan di muka bumi ini. 

Ingat, kalian bukan berada di Israel. Bukan pula di Amerika. Ini Indonesia, Cuk!

Penulis wartawan Kantor Berita RMOLJatim