Pesimis, Gerindra Ngawi Bisa Mempertahankan Kursi di Legislatif

 Aswan Hadi Najamuddin mantan Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Ngawi.
Aswan Hadi Najamuddin mantan Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Ngawi.

Carut marutnya kepengurusan partai politik terus bergulir yang terindikasi syarat kepentingan kelompok ataupun individu. Jika hal tersebut terjadi berlarut-larut bukan hal mustahil akan menggerus perolehan suara pada pesta demokrasi berikutnya.


Seperti yang disampaikan Aswan Hadi Najamuddin mantan Ketua DPC Gerindra Kabupaten Ngawi lebih menilai adanya indikasi tergerusnya suara di partainya pada Pemilu 2024 mendatang. Kata Pakdhe Bro sapaan akrabnya menegaskan, rotasi atau pergantian pengurus partai politik tanpa mekanisme yang jelas akan berakibat fatal terutama bicara perolehan suara nantinya. 

Jelas Pakdhe Bro dikutip kantor berita RMOL Jatim menekankan, pasca mundurnya kepengurusan Purnawirawan Pejuang Indonesia Raya (PPIR) mulai dari tingkat cabang hingga koordinator desa (kordes) di Ngawi yang terjadi beberapa waktu lalu akan berbuntut panjang. Ia melihat keberadaan PPIR di Ngawi yang notabene sebagai organisasi sayap Partai Gerindra selama ini cukup solid sebagai salah satu mesin partai. 

"Kalau mengundurkan diri akibat kekecewaan atas mekanisme partai saya kira efeknya pasti ada. Bohong kalau orang bilang tidak ada efeknya hanya saja nantinya signifikan tidak dengan pengurus yang baru," ungkap Pakdhe Bro, Kamis, (14/4).

Ia mengingatkan, kehadiran pengurus PPIR demikian juga GMP serta Laskar Merah Putih selama 10 tahun terakhir semenjak dirinya menjabat sebagai Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Ngawi perjalanannya cukup baik dan dinamis. Terbukti, pada Pemilu 2019 lalu Partai Gerindra mampu menyumbangkan 4 kursi di DPRD Ngawi. 

"Makanya saya cukup prihatin dengan kondisi sekarang dimana pengurus PPIR dari desa, kecamatan sampai kabupaten mengundurkan diri secara tiba-tiba. Padahal mereka berjuang selama dua kali baik pesta demokrasi seperti Pilpres, Pilkada di Ngawi ini," ucapnya lagi.

Dengan alasan itu, Pakdhe Bro merasa pesimis akan perolehan suara partai nantinya.  Padahal hadirnya pengurus PPIR di Ngawi bisa dikatakan sebagai pejuang politik bukan politikus yang mengharap kursi di legislatif baik di kabupaten lebih-lebih pusat. Lanjut Pakdhe Brow yang sekarang diposisikan sebagai Dewan Penasehat DPC Partai Gerindra Kabupaten Ngawi ini mengharap jika ada pergantian seharusnya melalui komunikasi yang baik.  

"Kalau pengurus baru ini tidak mampu bekerja keras mencari pejuang-pejuang partai maka saya secara pribadi mengatakan akan berat langkahnya nanti. Dan saya pesimis bisa mempertahankan kursi selama ini," cetus Pakdhe Bro.

Terpisah beberapa waktu sebelumnya, Waluyo Jati Sasono Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Ngawi membeberkan, pengunduran pengurus maupun kader partai seperti PPIR memang tidak bisa dihalangi mengingat keputusan itu bagian dari hak pribadi dalam berpolitik. Namun pihaknya pun secara pribadi merasa prihatin akan keputusan itu. 

Kemudian untuk menjaga elektabilitas partai dipastikan akan melakukan konsolidasi internal khususnya para pengurus dan setelahnya menata kembali konstituen pada level akar rumput dalam grassroot. 

Mengapa demikian, beber Waluyo yang dikenal sebagai advokat dan pernah tercatat sebagai caleg DPR RI Partai Gerindra dari Dapil VII Jawa Timur optimis akan jumlah perolehan kursi di DPRD Ngawi pada Pemilu 2024. Dimana sebelumnya Partai Gerindra dari 6 Dapil hanya mendulang 4 kursi dari 45 kursi di DPRD Ngawi. Target yang dipasang adalah 10 kursi pada pesta demokrasi mendatang. 

"Sebagaimana program kami dapil yang belum ada harus dapat satu dan dapil yang sudah dapat satu kita dapat dua. Targetnya 10 kursi itu maka kita harus kerja keras dan untuk mengejar target itu kita butuh kesolidtan bersama internal Gerindra," pungkas Waluyo.