Makam Mbah Buyut Tondo, Warisan Heritage di Pusat Bisnis Surabaya

Teks foto: Anas Karno doa bersama memperingati 1 Suro di Makam Mbah Buyut Tondo kampung lawas Ketandan/RMOLJatim
Teks foto: Anas Karno doa bersama memperingati 1 Suro di Makam Mbah Buyut Tondo kampung lawas Ketandan/RMOLJatim

Kampung lawas Ketandan yang  berlokasi di kawasan pusat bisnis kota Surabaya, menyimpan kekayaan heritage yang sampai sekarang masih terawat dengan baik


Di dalam kampung yang letaknya berada di Jl.Tunjungan Kecamatan Genteng itu, terdapat makam tua yang dinyakini masyarakat sebagai tempat persemayaman terakhir, tokoh "babat alas" Kampung Ketandan, bernama Mbah Buyut Tondo.

Area pemakaman itu cukup luas dengan suasana yang sejuk. 

Terdapat pohon beringin yang diduga umurnya lebih tua dari usia makam. 

Pintu masuknya menyerupai gapura di jaman Majapahit yang temboknya terbuat dari susunan batu bata merah.

Sampai sekarang makam Mbah Buyut Tondo, kerap menjadi tujuan ziarah religi. 

Terutama saat memperingati 1 Suro atau tahun baru Islam dalam kalender Hijriah.

"Dari cerita turun-temurun makam Mbah Buyut Tondo sudah ada sebelum kawasan ini jadi pemukiman. Dulu ini kawasan Bong (kuburan Cina)," kata Mbah Man warga setempat dikutip Kantor Berita RMOLJatim usai doa bersama memperingati 1 Suro, yang digelar legislator PDIP Surabaya Anas Karno, Sabtu (22/7).

lebih lanjut Mbah Mar mengatakan, makam Mbah Buyut Tondo tidak mempunyai juru kunci.

"Jadi yang merawat ya warga sini. Ada 4 sampai 5 orang termasuk saya yang rutin merawat. Tahun lalu di bantu Pak Anas untuk pemasangan lantai porselen agar terlihat lebih rapi," terangnya.

Sementara itu Anas Karno mengapresiasi kepedulian warga Kampung Ketandan, untuk merawat makam Mbah Buyut Tondo. 

"Makam ini warisan heritage, sebagai kearifan budaya lokal yang sudah sepatutnya kita rawat sebaik-baiknya," ujar Anas.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya tersebut menambahkan, Kampung Ketandan mempunyai potensi wisata heritage yang bisa dikembangkan. 

Apalagi lokasinya dikawasan Jl.Tunjungan, yang sekarang sudah menjadi ikon wisata Surabaya.

"Disini ada Masjid An Nur yang dibangun tahun 1915. Sebelumnya adalah langgar, yang kemudian diperluas menjadi masjid. Kemudian ada balai Cak Markeso yang menyerupai pendopo, sehingga mempercantik kampung Ketandan," terangnya.

Lebih lanjut kata Anas, potensi wisata itu perlu mendapatkan penataan serius dari pemerintah kota.

"Bagaimana menambah daya tarik aset-aset wisatanya, termasuk UMKM nya. Kemudian dibarengi dengan promosi secara luas lewat berbagai cara, diantaranya media sosial," pungkasnya.