Ndasmu

Video cuplikan saat Prabowo Subianto mengucapkan kata 'ndasmu etik' di Rakornas Partai Gerindra/TikTok
Video cuplikan saat Prabowo Subianto mengucapkan kata 'ndasmu etik' di Rakornas Partai Gerindra/TikTok

JAWA memiliki banyak kata-kata  umpatan atau makian. Namun kata-kata ini belum tentu diartikan  kasar atau kotor.

Misalnya: jancok/diancuk, asu, raimu, cangkemu, motomu, lambemu, dan ndasmu yang kini menjadi trending topic setelah diucapkan calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) tertutup Partai Gerindra di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (15/12).

Konon, kata-kata ini disampaikan Prabowo sebagai sindiran terhadap calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan.

Jancok atau jancuk atau diancuk sebenarnya tidak memiliki arti. Itu kata-kata yang diambil dari nama kendaraan tank Belanda saat datang ke Surabaya. Di badan tank tertulis "jan cox". Arek-arek Surabaya kemudian sering melafalkan nama itu. Jadilah kata jancok.

Kalau dalam bahasa Inggris jancok disamaartikan dengan "fuck you". Sebenarnya itu juga tidak sepenuhnya benar. 

Nah, kata-kata jancok ini bisa diartikan sebagai umpatan tetapi juga bisa diartikan sebagai ungkapan persahabatan terutama bagi arek-arek Surabaya. Diistilahkan bahasa slengekan

Penggunaan kata jancok kasar atau tidaknya tergantung cara penyampaian. 

Contoh, bila ada dua sahabat tidak bertemu lama dan mereka bertemu kemudian melepas kangen, seorang dari mereka bilang begini, "Jancok, raimu nang endi ae (Jancok, kamu kemana aja)!"

Beda dengan seseorang yang jengkel atau emosi dan melayangkan ucapan seperti "Jancok, koen mayak-mayak ta pateni (Jancok, kamu tak bunuh)!"

Hal sama juga berlaku pada ucapan Jawa slengekan lainnya. Dan ucapan itu biasa ditambahi dengan penegasan kata-kata lain. Semisal, raimu koyok gedhek, cangkemu suwek, lambemu koyok wedok, ndasmu asu, motomu taek kucing, kupingmu budhek.

Rata-rata umpatan Jawa memang menggunakan anatomi tubuh. Beda tempat lain seperti Jakarta yang menggunakan nama-nama hewan. 

Kendati demikian, umpatan Jawa tersebut bisa diartikan kasar atau tidak, tergantung cara penyampaiannya dan konteksnya. Tidak peduli kata-kata itu disampaikan dengan intonasi tinggi atau rendah. 

Seperti kata 'ndasmu etik' yang disampaikan Prabowo, intonasi tinggi sekalipun bila diucapkan di hadapan sahabat, maka kata-kata yang keluar itu menjadi candaan dan menunjukkan keharmonisan. Sebaliknya, bila kata-kata 'ndasmu etik' disampaikan dengan intonasi rendah tetapi bila ditujukan pada lawan/musuh/orang paling dibenci, maka kata-kata itu akan berubah makna menjadi makian. Itu juga harus dilihat konteksnya. 

Pertinyiinnyi, Prabowo saat mengucapkan 'ndasmu etik' di hadapan seluruh kader Gerindra sebagai sindiran pada Anies kemudian ditertawakan banyak orang dan dianggap 1000 persen bercanda, itu konteksnya seperti apa. Apakah Prabowo menganggap Anies sebagai kawan atau lawan? Silahkan Anda menilainya.

Wartawan Kantor Berita RMOLJatim